Seanggun rindu di deret jemarimu itu
Selembut angkuh didadamu
kini
Menutupi perasaan menipu
diri
Menjadikan rindu imaji
tak hingga
Jarak
Adalah meter-meter
persegi yang membatasi
Ruang-ruang waktu yang
kita tempuhi
Bukankah temu adalah
do’a-do’a ditiap malammu?
Akan ganjil-ganjil yang
mesti kita genapi
Dan kini, pertemuan
menjadi paradoks
Rindu dalam genggammu tak
lagi rasional
Katamu ”Rindu ini nikmat bila ia tetap merindu”,
“dan
pengkhianatan atas nama temu”,
“menjadikan gebu-gebu itu tak lagi bernilai”.
Katamu “Cinta tak dinilai atas kuantitas temu”.
Cinta dimatamu ialah
kualitas atas tahun-tahun sesak penuh rindu,
Dan dua hati tetap
bertahan
Meski bilangan-bilangan
rayu radikal menjamu
Ia kokoh pada satu cinta
“Aku dihatimu, kamu dihatiku”
Aku benci aksiomamu
Rindumu adalah cinta tak
terdefinisikan
Dan pertemuan menjadi
statistik-statistik atas angka-angka yang tak akan menjelaskan apa-apa
Aku gagal memahami realitas
logikamu
Sebelum rindu menjadi
elegi
Aku pergi
Biar kau puas menghitung
nikmat-nikmat
Dan aku puas mengumpat