Hai rembulan yang jauh di sana
apa kabarmu?
Aku merindukanmu pada semerbak kopi yang merayuku
Merindukanmu, mengkhianati pelayaran tak ingatku
Pada malam yang bertemu fajar
Matahari yang tak kan berjumpa rembulan
Pada satu waktu, pada satu perasaan
Aku menyerah dengan waktu
Teruntuk tujuan aku menanti,
pada lampu yang membimbingku
Aku tergoda, menoleh kebelakang
Melihatmu, masih bercahaya, meski tak memanggil
Aku terbuai, pada lantunan hening
Menghantarkan potongan-potongan, serpihan-serpihan
Bias cahayamu
Pagi, rumah yang hendak ku tuju,
Namun,
Aku tertahan, oleh cahaya, dalam hening, pada resapan
kalbu
Aku tertahan,
atau aku yang tak ingin bertemu pagi
Ah, aku merindukanmu,
terlalu sesak, terlalu gelap untuk sebuah malam,
Terlalu menghanyutkan, dan aku hanyut
Terlena pada nyanyian hening mu,
Terbuai, pada setiap hembusan nafas,
Pada setiap angan,,,
Ini selalu terjadi,
pada hening, pada kesendirian, pada kegelisahan.
Aku pun lupa, kau mawar atau rembulan?
Mungkin mawar, iya, mawar yang indah,
Merah dan merona, tapi
Sayang ...
Kau berduri ....
Mungkin kau rembulan,
Menyinari.
Merekah dan menenangkan,
Namun, pergi kala pagi
Ahhhh,,,
kau bukan keduanya,
kau bukan siapa-siapa, bukan apa-apa
bahkan bukan apapun untukku,
kau bukan siapa-siapa, bukan apa-apa
bahkan bukan apapun untukku,
pun sebaliknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar