Katiet dan Lances, Surga Peselancar
Aku
berharap ini bukan tulisan terakhir ku mengenai Mentawai maupun Sipora sendiri.
Masih banyak sisi-sisi dan keindahan Mentawai yang belum aku ketahui,
karenanya, aku harap ini bukan tulisan terakhir tentang Mentawai.
“Tidak ada yang namanya pertemuan terakhir
jika bukan kematian yang men-jembataninya, selama masih hidup, harapan untuk
kembali dan bertemu akan selalu ada”.
Uyeeeaah, quotes of the day men !... hehehe
Uyeeeaah, quotes of the day men !... hehehe
Oke, the last trip on this season,
sebut saja begitu, karena aku masih ingin lagi dan lagi ke Mentawai. Ini
sepenggal kisah penutup dari Katiet dan Lances, dua spot Surfing keren di Pulau Sipora.
Perjalanan
panjang dari Desa Sipora Jaya menuju Katiet, melalui jalur darat, ini tak
pernah mudah, saran sih, lebih baik lewat jalur laut, tapi ya itu, mahal
sekali, harus sewa kapal, memang lebih cepat dan tidak repot.
Perjalanan menuju Katiet
dari Desa Sipora Jaya, adalah perjalanan panjang dan melelahkan, setidaknya
dari sini lah kita bisa melihat salah satu bentuk tertinggalnya Kabupaten
Mentawai dari banyak daerah lainnya. Baiklah, Watch the trip !!!
Permulaan
keberangkatan, Desa Sipora Jaya
Penampakan
Jalan menuju Katiet, percayalah, jalan dengan kondisi seperti ini adalah jalan
yang bagus, ini yang lumayan bagus jalannya
karena selebihnya, adalah jalan perjuangan yang akan dilalui
Penduduk
lokal, mereka yang berada di sini telah mengenal pakaian. lihatlah senyum mereka, hangat dan bersahaja ...
Awal
dari perjalanan panjang kami, ini mungkin lebih baik dari yang akan kami hadapi
di depan sana. Perjuangan baru akan dimulai
Perlahan
tapi pasti, perjalanan sulit akan segera kami hadapi, semangat semangat!!!
Dan inilah dia!!!
jalan-jalan perjuangan yang mesti dilalui. Ini tidak hanya satu atau dua, tapi hampir sepanjang perjalanan. Kami hampir menyerah waktu itu, tapi semangat dan kebersamaan perlahan mengantar kami satu persatu ketujuan.
Pemberhentian pertama, Desa Sioban,
Desa tertua di pulau ini. Istirahat, makan, dan shalat, di sini lah tempat yang
memiliki mesjid selain di Tua Peijat, Sido Makmur, Sipora Jaya, dan Bukit
Pamewa.
And next,
Melanjutkan perjalanan, melanjutkan perjuangan
Pemberhentian Pertama:
Lance,s
Mungkin ini bonus dari perjalanan
melelahkan kami, atau juga beruntung. Entahlah, yang pasti perjalanan panjang
kami hingga larut malam membuat kami tersesat hingga tempat ini. Untungnya kami
bertemu dengan sebuah gerai atau sebut saja begitu ditengah hutan dan
diperbolehkan menumpang tidur. Malam itu terlalu melelahkan, hingga teras gerai
itu menjadi sangat empuk, kami tidur ala sarden, tersusun rapi.
Pagi. Inilah pagi ditempat kami
bermalam. Gerai yang kami tumpangi tersebut merupakan tempat pembuatan
kerajinan khas Mentawai. Tak ada poto tersedia di sini, kami terlalu sibuk
memikirkan perut. Dan, seperti gambar diataslah kami menghibur perut.
Ini adalah hasil tangan para
pengrajin Mentawai ketika dipamerkan pada acara Padang Fair di Padang. Jika
merasa mahal, itu sudah termasuk murah kok, tidak mudah membuatnya, jika ingin
murah, cari saja di Mentawai atau ke gerai ini, tapi nikmati juga perjalanannya
yaaaa ....
And this, Lance,s Beach
Kenapa
saya menyebut Lances ini bonus? Ia seperti surga tersembunyi, air yang biru,
ombak yang tinggi, Katiet punya saingan sejatinya, hanya Lances tidak
se-ter-ekspos Katiet. Padahal tidak kalah dari Katiet, mungkin karena jauh dari
pemukiman, tidak seperti Katiet.
.
.
.
Bonus
lain Lances, setelah mendaki sedikit, nampaklah Lances dari atas, lalu putarlah
badan, akan nampak Katiet dari kejauhan, sejatinya Lances dan Katiet itu saling
membalakangi
...
AND, This is
KATIET
Kenapa? Tidak seindah yang
kalian inginkan, percayalah, saya tidak mahir memotret, dan selain itu, kami
sudah lelah hingga tempat ini, satu hal yang pasti, lelah itu terbayar ...
inilah wajah-wajah lelah itu ...
...
sok romantic
Katiet, jujur saja, tempat ini
membuat kami lupa untuk berfoto-foto, mungkin itu juga yang sempat saya
sesalkan.
Di Katiet, kami bermalam,
awalnya sih ingin nge-camp, tapi karena pemilik penginapan yang merupakan orang
asli Mentawai tersebut sangat baik, kami dipersilahkan untuk tidur di kamar
kosong penginapan. Tuhan itu sangat baik kepada hambanya...
Berbincang bersama pemilik penginapan (baju kuning) dan seorang turis. Apapun itu, ilmu itu ada dimana saja, bahkan ditempat sejauh Katiet
Ini
makan malam kami, bersama pemilik resort penginapan. Ikannya, oh teman saya yang suka memancing yang mendapatkannya, dari
seorang nelayan yang baik hati, yang mungkin tidak tega melihat teman saya
gagal memancing ketika itu. Hehhehe, ikannya enak, manis, gak perlu kecap.
Seperti apa Katiet?
Saya tidak bisa menjelaskannya, yang
pasti, perjalanan melelahkan yang kami lalui terbayarkan dengan melihat dan
menikmati keindahan tempat ini.
Hmmmm ... karena ini tempat
surfing, maka ada banyak bule disini. Ada banyak resort juga, sepanjang pantai
kalian bisa lihat resort yang sederhana namun berkelas, dan isinya bule,
sepertinya resort-resort disana khusus untuk pada bule, kudengar sih begitu.
And that, bule ...
Teman satu penginapan,
rata-rata benua Amerika, ada yang dari Uruguay, Brazil, dll
.
.
.
tahukah ini apa?
Itu
namanya, hmmm toek kalau tidak salah, ulat sagu, makanan ala ala Mentawai, ini
bonus pelajaran perjalanan kami. Rasanya? Saya tidak sempat nyobain. Mungkin
lain kali
dan inilah proses menemukannya
Itu sedikit gambaran perjalanan
menuju Katiet, dan bonusnya, Lances. Jauh berbeda dengan Bali atau pulau
Bangka, jalannya sih, yaah, mungkin ini kekurangan Mentawai, infrastruktur yang
masih sangat belum memadai, waktu akses antar daerah yang lama.
Menginginkan kemajuan Mentawai
sebenarnya adalah dilema, Mentawai maju, maka perlahan-lahan kearifan lokal
yang hanya ada di Mentawai lambat laun akan tergusur. Namun jika tidak,
Mentawai tak akan pernah maju. Tapi masyarakat layak mendapat penghidupan yang
pantas, dan pemerintah harus bisa memberi perhatian lebih kepada Mentawai,
meski di timur Indonesia pun keadaannya tidak jauh berbeda. Daerah-daerah
seperti ini sejatinya perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah.
Setidaknya, pulau-pulau seperti Mentawai atau daerah lainnya jangan sampai
menjadi lahan mencari keuntungan pihak asing karena kurangnya perhatian
pemerintah kepada daerah-daerah tersebut.
Akhir perjalanan ini, bagi para traveler, nikmati keindahan dan jagalah
agar tetap indah ...
Special thank,s to :
www.photovisi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar