Sudah lumrah
manusia mengira-ngira akan suatu hal, menerka-nerka apa yang akan terjadi. Dalam
matematika pun kita belajar tentang peluang, tentang kemungkinan-kemungkinan
yang bermuara dari memperkirakan tapi memiliki hitung-hitungan tersendiri. Ada
banyak hal yang bisa dikira-kira oleh manusia entah itu perihal nasib, masa
depan, maupun hasil suatu pertandingan. Bahasa kerennya adalah prediksi. Lalu bagaimana
tentang mengira-ngira kepribadian atau perilaku seseorang? Entahlah, aku tak
berani mengira-ngira atau merasa tahu tentang perilaku seseorang. Aku menyebutnya
menilai perilaku orang lain.
Berbicara
tentang mengira perilaku orang lain akan memunculkan dua pandangan tentang
orang tersebut, pandangan positif atau negatif. Jika pandangan positif yang
muncul, syukurlah, setidaknya itu turut menjaga nama baik orang tersebut. Namun,
jika pandangan negatif yang muncul, bisa jadi kita sedang memfitnah orang lain,
atau pastinya kita sedang menggunjingkan orang lain. Perkara tentang
mengira-ngira perilaku orang ini, sebelum kita melakukannya, sudahkah kita
mengenal baik orang itu? Sudahkah kita bergaul banyak dengannya? Sudahkah kita
menghabiskan waktu barang sejam dua jam dengannya selama satu hari setiap
harinya? Sudahkah kita melakukan perjalanan panjang dengannya? Sebenarnya masih
banyak indikator lain untuk menilai dan menerka-nerka perilaku orang lain.
Jika kita
bahkan sangat jarang bergaul dengannya, janganlah coba untuk menerka tentang
sikapnya. Melakukan itu membuat kita menjadi orang yang sok tahu. Sedang kita
sendiri pun tak suka dengan orang yang sok tahu. Semisal ini, kita kenal
seseorang, orang itu kenal dengan kita, tapi pergaulan biasa saja dan tak
terlalu intens. Pada suatu ketika dia mengira-ngira soal sikap kita seperti
ini, seperti itu dan seterusnya yang banyak sekali tak sesuai. Penilaiannya tentang
kita justru membuat kita heran sehingga kita berpikir “siapa dia? Akrab tidak,
bergaul juga biasa-biasa saja, tapi seakan tahu apapun tentang ku, sok tahu”. Tentu
kita tak senang dengan penilaian semacam itu apalagi dari orang yang tak
terlalu akrab. Tapi periksa dulu, kamu tak senang karena yang dia katakan
tentangmu memang tidak sesuai atau karena kamu tak terima padahal yang ia
katakan benar tentangmu?
Jika pun
yang ia katakan tentangmu benar, kamu pun belum tentu bisa menerimanya kan? Lalu
bagaimana bisa kamu membicarakan kejelekan seseorang pada orang lain? Karenanya,
jawablah yang baik-baik saja jika pertanyaan seputar perilaku seseorang jika itu
bukan perkara besar. Apabila pertanyaan mengenai perilaku berkaitan tentang hal
besar seumpama pernikahan, perniagaan, jawablah setahu mu. Misalkan seorang
wanita bertanya kepadamu tentang bagaimana perilaku laki-laki yang hendak
melamarnya karena laki-laki itu ialah temanmu, kenalanmu, sahabatmu, maka
jawablah semampumu baik buruknya ia karena perkara nikah tak lah main-main. Jangan
pula kamu memberi jawaban palsu karena ternyata kamu juga menyukai wanita yang
sama. Jikalau kamu tak mampu memberikan jawaban yang memuaskan,
rekomendasikanlah orang lain yang berkompeten.
Jangan menilai seseorang hanya dari apa yang mata lihat tanpa mencoba terlibat dengannya. Karena jika tak bergaul dengannya, tak akan bisa kamu memastikan bagaimana ia. Kadang ia tak seburuk yang kau duga. Jangan pula menilai seseorang hanya dari apa yang kamu dengar dari orang lain, karena yang kamu dengar kadang hanya ujaran kebencian atau pujian dari fanatisme. Kenalilah lebih dalam, maka kamu akan tahu, mungkin karena itu ada pepatah "Tak kenal maka tak sayang".
Setahu apa
kita terhadap perilaku orang lain, kita tak berhak menghakiminya karena
sejatinya kita tak benar-benar tahu bagaimana seseorang itu. Karena tak semua
orang menampilkan total dirinya pada orang lain. Kita tidak bisa menilai
seberapa kuat seseorang, juga tak bisa mengatakan seberapa lemah dia. Manusia itu
keterbatasan yang tak pernah bisa kita pahami batasnya. Jadi, janganlah merasa
sangat tahu tentang teman-temanmu, kenalanmu maupun sahabatmu. Bisa jadi
sikapmu yang seolah tahu itu dapat menyinggung orang-orang terdekatmu. Ucapkan saja
yang baik-baik tentang kenalanmu, temanmu, sahabatmu. Jika kau benar-benar tak
tahu, katakan saja tak tahu daripada menerka-nerka yang tak meiliki dasar.
Kata penutup,
mengutip, lupa dari siapa dan kata-kata tepatnya, yang jelas maknanya demikian.
Ketika kita bermasalah dengan satu orang, itu maklum dan wajar. Tapi jika kita
bermasalah dengan hampir setiap orang, coba cek diri kita, sudah benarkah kita?
Curigailah diri kita terlebih dahulu sebelum mencurigai orang lain. Kita jarang menyadari bahwa kadang pemikiran kita sendiri yang menjebak kita dalam menolak kebenaran dari luar. Intropeksi diri,
kita tak selalu benar, jangan sampai ego membutakan diri.
Bahkan
aku pun belum tentu suci dari dosa ketika menulis ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar