Aku
pernah terhenti pada satu titik terlalu lama
Kemudian
Dia datang dan membuat garis waktu ku kembali berjalan meski pelan
Lalu
Kau hadir dan membuat duniaku menjadi lebih dinamis
Dan
tak lama lagi mungkin Kau juga akan pergi
Sama
seperti Dia ...
Aku
pernah benar-benar terhenti amat lama pada sebuah titik, dimana waktu didalam
hatiku berhenti dan tak berjalan kemanapun. Waktu itu, aku terbiasa dengan
kesendirian dan menghabiskan waktu bersama hobi dan teman-teman. Dunia yang
jauh dari hiruk-pikuk konflik perasaan.
Namun, setenang apapun kehidupan, rasanya akan
membosankan jika dilalui dengan melakukan hal-hal yang itu-itu saja. Akan
sangat membosankan jika yang kamu lakukan setiap harinya hal yang itu-itu saja,
bangun pagi, sekolah, pulang, makan, main, pulang, tidur dan selalu begitu. Jadi,
aku mulai mencari-cari hal baru dan ...
Yah,
anggap saja aku menemukanmu, entah menemukan, dipertemukan, atau saling
menemukan, yang pasti aku mengenalmu, meski aku telah mengenal Dia.
Saat
bertemu denganmu, waktu ku sebenarnya sudah berjalan meski pelan, Dia
menggerakkannya perlahan. Setidaknya saat itu aku sedikit punya arah.
Ada
banyak hal setelah pertemuan itu, aku perlahan mulai sedikit menemukan alur
waktu ku. Hal-hal yang dulu berjalan dengan amat tenang, mulai bergerak tak
beraturan, kadang waktu itu bisa berjalan amat kencang, terkadang pula ia bisa
amat pelan dan kadang bisa amat diam. Maksudku, aku tak lagi menjalani hari
yang seperti itu-seperti itu saja. Hanya satu pertemuan mampu menghadirkan
banyak hal, kadang memang begitu kan? Banyak hal-hal besar dimulai dari hal-hal
sederhana? Jika tidak bagimu, mungkin kamu kurang memaknai dan mensyukuri
hal-hal kecil yang kamu terima. Bukan berarti aku ini orang yang selalu
bersyukur kok, hanya aku selalu berusaha untuk melakukannya.
Aku
tak akan ceritakan apa saja yang sudah aku lalui bersamamu. Itu cukup jadi
milik ku, namun jika kau juga menganggap itu penting untukmu, kau juga boleh
menyimpannya. Jujur saja, setelah banyak hal yang aku lalui bersamamu, aku
masih tak berani untuk menganggapmu milikku, itu berlebihan, atau bisa saja
sikap dan perasaan yang terlalu memiliki akan melukaimu, toh sampai hari ini
aku tak pernah tahu apa yang ada dalam hati mu? Meski aku sangat ingin tahu,
biarlah, aku tak ingin terlalu memikirkannya, aku takut jika nanti isi hatimu
tak sesuai dengan yang aku inginkan. Aku masih belum siap terluka lagi, meski
telah bertahun terakhir kali aku kehilangan, rasanya masih akan sama saja kan?
Sebenarnya bukan hanya soal rasa sakit, tapi soal kehilangan orang yang penting
bagimu, itu jauh lebih menyakitkan.
Dan
setelah banyak waktu-waktu yang menyenangkan bersamamu. Waktu-waktu yang
terlalu menyenangkan sampai aku lupa, selalu ada akhir dari sebuah awal, selalu
ada perpisahan setelah pertemuan entah cepat entah lambat. Waktu dalam kepalaku
sempat terhenti saat kau menyampaikan kata pergi, percayalah, aku selalu takut
dengan kata-kata itu, setidaknya akhir-akhir ini. Pergi, hal yang sering aku lakukan
dulunya karena aku memang sering berpindah-pindah tempat dari dulunya. Ternyata
kata itu kini menjadi momok untuk ku, yang saat ini terlalu lama menetap di
satu titik. Aku jadi mulai berpikir, mungkin aku perlu mempersiapkan diri untuk
mendengar kata-kata “Pergi”.
Saat
kata “pergi” itu terdengar, otakku sesaat berhenti bekerja, dan semesta
disekelilingku diam, hening. Hanya helaan nafas panjang yang membuat waktu ku
kembali berjalan, semesta disekelilingku kembali berotasi. Ternyata mengalami
tak pernah mudah meski kau sudah mempersiapkan diri. Yah, merasakan selalu
lebih dari sekedar memahami.
Sambil
aku masih memikirkan kepergianmu, aku mulai merasa waktu ku mulai mengalami
penurunan percepatan, meski belum terlalu signifikan. Aku dan kau itu cuma
bersama, menghabiskan waktu bersama namun tak sesering itu, temu itu jarang.
Namun tak sesedarhana itu kan? Biarlah aku dan kau saja yang tahu.
Aku
berterima kasih untuk hari-hari yang menyenangkan itu. Aku menulis kata-kata
ini dengan sambil tersenyum, aku bersyukur diberi kesempatan untuk mengenalmu.
Jadi,
ketika kau pergi, aku tak punya kuasa untuk menahannya. Juga tak punya hak
untuk melarang, sama sekali tak punya. Yang aku bisa cuma berharap, lain dari
itu mendoakan. Sisanya menjalani hidupku yang masih punya banyak hutang kepada
orang tua.
Aku berharap
waktu ku tak kembali terhenti seperti dulu, semoga. Dan kau, semoga baik-baik
saja dimanapun berada. Jangan terlalu memikirkan perasaanku, kau lebih perlu
memikirkan masa depanmu. Aku akan baik-baik saja, sendiri itu temanku, meski
ditinggalkan itu sulit, aku pasti bangkit.
Maaf
untuk waktu-waktu yang sempat melukaimu tanpa sengaja, semoga kau bahagia. Jika
tempat baru mu terlalu kejam, kau selalu punya rumah untuk kembali, tanpa
peduli seberapa lama kau meninggalkannya, tanpa peduli sejauh apa dunia yang
telah kau jelang. Jika orang-orang disana terlalu melukai, kau selalu punya
keluarga untuk berbagi dan menguatkan meski kau jarang menemui, atau sulit
untuk sekedar berkabar.
Dan
aku, jangan sungkan jika kau rindu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar