Negeri yang ku cintai, hingga kini kau masih terombang-ambing
Pada laut politik yang tak tenang oleh tiupan angin demokrasi yang
terlalu kencang
Ombak reformasi yang menerjang bebas, menggoyang setiap inci stabilitas
Kapten pun telah berganti bermacam insting
Dari sang pendiri yang heroik, yang keberaniannya mengaum seantero
jagad hingga si berwibawa retorika.
Negeri ku tetap saja terombang-ambing, bocor sana-sini, tambal
sana-sini.
Kita semua ingin perubahan, keinginan klise dan sederhana, tapi tak mudah.
Kita butuh kapten yang begini, yang begitu, bla bla bla, itu kata
politikus.
Entah apa kata kita, apa mereka benar-benar tahu.
Keinginan kita sejujurnya tak banyak, hanya kapten yang peduli pada
anak buah.
Hanya kapten yang mau berbicara langsung pada kita, kapten yang mau
mengajak kita bekerjasama, bukan bekerja sendiri.
Karena kau negeri yang ku cintai, bukan hanya tanggungjawab kapten
semata.
Kau adalah tanggungjawab kami semua, tanah-tanah kami, darah-darah
kami, jiwa-jiwa kami, tumpah darah kami.
Kapten, kau tak perlu jenius, tak perlu manis retorika, cukup tegas,
tegas untuk kepentingan kami, rakyatmu.
Bukan kepentingan segelintir kaya dan harta-hartanya, cukup kami,
rakyatmu.
Negeri yang ku cintai, alangkah manisnya jika kami bersama kapten
memperbaikimu, bersama-sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar