Introduce,
for more
Tiga hari
menjelang ujian semester SMA 4 dan SMA Negeri lainnya di “Kota Ini” tersiar
kabar tentang pertarungan besar. Iya, pertarungan besar. Pertarungan yang
mempertemukan antara Ryo Anggara dan sang penantang ialah Ari Rahman Gunaryo
atau yang lebih terkenal dengan ARG. Baiklah, sebelum jauh membahas pertarungan
besar ini ada baiknya kita perkenalkan terlebih dahulu siapa sebenarnya dua
orang ini. Ryo Anggara tak lain adalah salah satu orang terkuat bagian dari best ten “Kota Ini” yang satu era dengan
Diandra Denis dan Tomi Andika. Dia adalah pemimpin dari geng motor Sevenars,
salah satu geng terkuat “Kota Ini”. Geng yang telah kokoh berdiri sampai lima
generasi ini muncul sebagai geng motor yang menjaga stabilitas “Kota Ini” dari
penjahat-penjahat bermotor yang berusaha merusak keamanan. Ryo Anggara sendiri
merupakan ketua generasi kelima dan Ari Rahman tak lain ada calon penerus dari
Ryo Anggara.
Sevenars
merupakan sebuah geng motor yang telah berdiri selama lima generasi dan tengah
menuju generasi keenam. Merupakan organisasi motor yang cukup disegani oleh
organisasi sejenis dan merupakan gambaran positif dari geng motor. Sevenars
adalah geng motor yang tak segan membantu mengamankan situasi “Kota Ini” dengan
membantu pihak kepolisian. Operasi malam yang menjadi agenda rutin Sevenars
telah memperoleh izin dari pihak kepolisian dan bagi kepolisian “Kota Ini”
keberadaan Sevenars telah turut membantu kerja mereka dalam mengamankan kota
ketika malam. Sebuah geng dengan prestasi membanggakan dan penuh citra positif.
Ari
Rahman (ARG) sendiri adalah rising star
di Sevenars, kekuatannya tak diragukan. Ia satu generasi dengan Anwar Faisal
dan sekolah di SMK swasta “Kota Ini”. Apa yang dilakukan ARG, menantang ketua
adalah hal yang baru bagi tradisi pengangkatan ketua di Sevenars. Tindakan ARG
mulanya menimbulkan kontroversi, para senior yang merupakan anggota inti
menentang cara ARG. Hiruk pikuk internal Sevenars yang mulai menimbulkan
konflik diselesaikan oleh Ryo Anggara dengan menerima tantangan ARG. “Tidak
masalah bagaimana cara pemilihan ketua, yang penting dia punya kemampuan dan
dia tahu apa yang dia lakukan. Apapun hasil pertarungan nanti, kita semua harus
mendukungnya karena selanjutnya dialah yang akan mengibarkan bendera Sevenars
di “Kota Ini””. Demikianlah jalan yang ditempuh Ryo Anggara dalam menyelesaikan
konflik internal gengnya.
Minggu,
jam 06.00 WIB di Hutan Kota. Demikianlah bunyi pesan singkat yang beredar lewat
Nokia generasi pertama. Seisi dunia hitam kota heboh dengan berita ini. Berita
yang menyebar dengan amat cepat juga terdengar ke telinga para generasi baru
dunia hitam kota hingga ke telinga Adri. Ada Hamdan saat itu bersama Adri,
mereka sedang nongkrong bareng di salah satu kedai kopi malam itu.
“Ndan,
generasimu sudah hampir berakhir tuh, sana cari pengganti yang bisa memimpin
SMA 07”. Hamdan sejatinya dua tahun lebih tua dari Adri. Baginya pertarungan
antara Ryo Anggara dan ARG adalah permulaan dari tergerusnya masa jaya mereka,
dirinya, Tomi Andika, Diandra Denis, Ryo Anggara dan mereka yang selama ini
telah berjuang bersama baik kawan maupun lawan. Hamdan yang mendengar
pernyataan Adri menyedot rokoknya dalam-dalam dan menghembuskannya panjang.
Sambil bersandar dia memperhatikan langit malam. Selintas kenangan-kenangan
selama sekolah muncul dalam kepalanya seperti cuplikan kilas balik yang muncul
sepotong demi sepotong. Mengenang itu semua, Hamdan menyunggingkan senyum. Ia
seruput kopinya. “Jamanku sudah hampir selesai rupanya. Sudah waktunya Yazid
yang mengambil alih kepemimpinan”. Adri hanya diam mendengarkan.
Adri
hanya tersenyum, jika SMA 7 punya Yazid, lalu SMA 4 punya siapa? Redstars? Adri
geli sendiri memikirkannya. “Aku rasa Yazid akan menjadi best ten dari generasi selanjutnya, dia tak akan kalah dari Arainan
yang kuat dari SMA mu Dri”. Kembali Hamdan melanjutkan ucapanya.
“Arainan?”.
Nama itu asing bagi Adri. Yang ia tahu SMA 4 hanya punya Diandra Denis dan Tomi
Andika. Ia malas untuk menyebut Redstars. Andra pun tidak menyebutkan nama itu
saat ia menjelaskan tentang kekuatan SMA 4. “Kenapa? Jangan bilang kau tak
mengenalnya Dri?”. Adri Cuma mengerinyitkan dahinya. “Ternyata benar kau tak
mengenalnya, wajar sih, si mesum itu lebih layak di sebut playboy kampung
dibanding orang kuat, tapi meski begitu, harus di akui dia itu kuat”. “Aku rasa
dia jauh di atas Anwar Faisal kuatnya”. Adri semakin bingung, masih ada yang
sekuat itu digenerasi seniornya tapi tak pernah terdengar. Ia semakin penasaran
tapi juga senang, SMA 4 punya orang kuat lagi setelah generasi hebat diatasnya
pergi. Dia menyunggingkan senyumnya. “Kalau begitu SMA 4 masih akan bersaing
dalam posisi best ten kota ini kan”. “Itu
saja yang kau pikirkan ternyata, tapi aku ragu karena meski Arainan kuat, dia
tak fokus kesana, ia lebih peduli pada pacar-pacarnya yang entah ada berapa”.
“Sial”. Umpat Hamdan keras. “Hahaha, tidak masalah Ndan, yang penting SMA 4 masih
punya harapan, dan di era ku nanti, SMA 4 akan merajai kota ini”. Dengan penuh
percaya diri Adri mengepalkan tangannya. Hamdan hanya menatapnya senyum,
semangat yang bagus, siapa yang bisa menghentikanmu di generasimu? Pikir Hamdan
diam. Sembari mereka berbincang soal-soal apa saja, malam terus melarut.
***
“Di, ada
berita bagus buatmu”. Ucap Andra ketika mereka bertiga berjalan menuju surga
kami. “Apa?”. Andra tersenyum lebar sebelum memberitahukan kabar yang ia bawa.
“Hehe”. Itu senyum jahat yang amat menyebalkan. “Kau kenapa Ndra? Kau terlihat
sedang menyimpan rencana busuk”. “Kasar sekali mulutmu Di”. “Hehe, Di,
sebenarnya aku sudah tahu ...”. Tiba-tiba saja perkataan Andra terpotong oleh
suara panggilan seseorang. “Hei, boleh aku ikut?”. Adi, Erika, dan Andra kaget
setelah melihat kearah suara itu. Adri ternyata yang memanggil mereka. Adri
mendekati mereka bertiga yang terpaku. Adi dan Andra tetap heran, Erika justru
menyambut hangat. “Ayo Dri, jangan sungkan”. Mereka berempat berjalan
beriringan, suasana menjadi hening dan kaku.
“Tumben
sekali kamu mau ikut kami Adri”. Sapa Eri sesampainya di surga kami. “Ah tidak,
sedang malas sendirian”. Jawab Adri sekenanya. Minggu nanti kami mau ke pantai
lagi loh, kami mau bakar-bakar gitu, ikut ya Dri”. “Aku, hmmm, aku ada urusan
sepertinya”. “Ikut saja Dri, lebih ramai kan lebih asik”. Adi menambahkan. “Iya
Dri, kamu kan sudah janji mau ikut kami”. Kali ini Eri semakin semangat
mengajak Adri. Adri yang tidak tertarik mulai kebingungan mencari alasan untuk
menolak. Dia mengerinyitkan dahinya, kapan aku berjanji akan ikut mereka pikir
Adri dalam hati. Adri akhirnya tidak menyahut namun mengalihkan pembicaraan
kepada Adi dan Andra. “Kalian bawa bekal?”. “Yaaa!!! Jawab Adi dan Andra
serentak. “Aku juga bawa kok Dri. “Eri mengeluarkan bekalnya dari tas kecil
bekalnya. Adri manyun, sejenak ia hendak beranjak. Namun belum sempat ia
berdiri, Eri menawarkan bekalnya pada Adri, bekal yang ternyata telah ia
pisahkan menjadi dua bagian. Adri yang pada akhirnya tak bisa menolak menerima
juga bekal itu dengan wajah yang memerah. Adi menahan tawa melihat ekspresi tak
biasa Adri, sedang Andra masam saja mukanya melihat hal itu. Namun istirahat
hari itu, mereka berempat makan bersama dan permulaan tentang keempat anak
tersebut telah selangkah lebih maju.
“Terima
Kasih bekalnya tadi, Ery, ucap Adri saat mereka berempat akan kembali ke kelas
masing-masing”. Ery tersenyum saja saat itu. Sedang Adi dan Andra bersamaan
tersenyum-senyum saja melihat ekspresi Adri yang terlihat seperti orang yang
malu-malu, mukanya masih merah saja. “Apa kalian lihat-lihat?”. Sergap Adri
pada Adi dan Andra. Serentak Adri dan Andra menggeleng, namun dalam hati
menahan tawa. “Aku ke kelas dulu” sambil Adri memalingkan wajahnya menuju
kelas. “Jangan lupa Dri, minggu jam 3 di Pantai dekat batu karang besar yaaa,
bawa bahan bagianmu jangan lupa juga”. Ucap Ery yang dijawab Adri “yaaaaaaaa”
sambil melambaikan tangannya dengan posisi membelakangi. “Dia manis sekali
dengan wajah memerah seperti itu, hehe”. Ery bahagia sekali karena merasa telah
bisa membuat Adri malu-malu demikian. Adi dan Andra tersenyum senyum saja.
“Kalian berdua juga jangan lupa bawa bahan bagian kalian”. Setelah sepakat ini
itu mereka kembali ke kelas masing-masing. Singkatnya hari minggu nanti mereka
berempat akan ke pantai dan membakar jagung bersama-sama. Adapun Adri, ia tak
kuasa menolak ajakan Ery. Adri seperti tak bisa berkutik jika berhadapan dengan
Ery.
***
“Oi Ndra,
pulang nanti bareng ya”. Sejak tadi Adri selalu gagal mengajak ngobrol Andra.
Karenanya ia ingin menuntaskan rasa penasarannya hari ini juga. “Rumah ku jauh
Dri”. “Nggak apa-apa, nanti aku antar, kau nggak kerja hari ini kan?”. “Oppp,
soal kerja ku, jangan kasih tahu yang lain Dri, plis banget”. “Hmmm, kenapa?
Tapi okelah, gak akan ada yang tahu”. Andra merasa lega mendengarnya. “Oke Dri,
nanti ketemu digerbang saja”. “Oke kalau gitu Ndra”. Keduanya pun berlalu.
***
Sepanjang perjalanan pulang itu, Adri memacu
kencang ninja besinya. Andra yang duduk dibelakang Adri menutup mata dan berdoa
dalam hatinya. Sungguh, amat kencang baginya kecepatan Adri dalam berkendara.
Selang sepuluh menit, Adri menghentikan Ninjanya pada sebuah kedai kopi yang
cukup populer di “Kota Ini”. “Yok Ndra, makan atau minum dulu, aku traktir”.
Andra yang sedari tadi diliputi kebingunan tambah heran dengan ajakan Adri
barusan. Terlalu mencurigakan menurut pikiran negatifnya, namun ia tak kuasa
untuk bertanya apa-apa kepada Adri. Andra ikut saja, Adri masuk, Andra masuk,
Adri memesan, Andra pun memesan, dan akhirnya dua porsi yang sama untuk Adri
dan Andra. Nasi goreng dan Jus Alpokat.
Setelah
habis semua hidangan, akhirnya Andra buka suara. “Dri, sebenarnya ada apa? Kau
tidak sedang berniat menculikku kan?”. Adri bengong, anak ini kebanyakan nonton
drama mungkin, pikir Adri. “Bukan apa-apa, aku tidak tertarik menculik
laki-laki, lebih baik menculik perempuan kan?”. “Hemmmmm, itu memang hobimu
kan”. Kali ini Andra melengos karenanya. “Kalau begitu ada apa Dri?”. Adri
menyelesaikan minumnya, barulah ia melanjutkan niatnya. “Kau pasti sudah dengar
kan info tentang duel Ryo Anggara dan ARG”. “Soal itu, aku baru dengar juga,
dari kau”. “Wah, kau bisa ketinggalan info seperti ini, mereka akan duel hari
Minggu ini jam enam pagi di area hutan kota”. “Aku sedang sibuk mempersiapkan
diri buat ujian, jadi mana sempat mencari info seperti itu, kau sendiri
sepertinya tak terlihat sibuk menjelang ujian”. “Ujian ya ujian, aku belajar di
kelas, di rumah hanya buat PR, sisanya melakukan hobi”. Andra menghela nafas
saja karenanya, hobi macam apa coba yang ia lakukan, berkelahi saja. Andra
geleng-geleng kepala saja. “Kau hanya ingin memberi tahu itu saja padaku?
Membosankan, aku mau pulang kala Cuma itu”. “Ceritakan soal Arainan!!!”. “Eh,
kenapa?”. Adri tak menjawab, hanya menatap tajam ke arah Andra. Melihat itu,
Andra kembali menarik nafas panjang. “ Baiklah baiklah, akan aku ceritakan soal
Adrian Arainan yang aku tahu. Adrian Arainan, playboy dengan banyak pacar, dia
memang tampan, aku iri. Mantannya banyak, hampir setiap sudut kota ini dia
punya mantan. Pacarnya juga banyak, persis seperti seseorang yang aku kenal”.
Sembari berkata demikian, Andra menatap tajam ke Adri. “Oke, stop, aku tidak
peduli soal playboy dan mesumnya itu, ini soal kekuatan, pertarungan, kau pasti
tahu kan?”. Andra menatap malas malasan kepada Adri, pertarungan, bukannya itu
sekedar perkelahian anak-anak saja ya, keluhan-keluhan muncul dalam benak
Andra. “ Iya aku tahu, dia itu memang kuat. Dia bahkan pernah mengalahkan Tomi
Andika dalam pertarungan satu lawan satu. Dia itu mengagumkan dalam berkelahi.
Diandra Denis saja hanya menang tipis darinya. Intinya dia sudah pernah
menantang dua orang terkuat di sekolah kita. Kalau diluar, dia memang tidak
terlalu menonjol, tapi ARG pernah dikalahkannya”. “Serius nih?”. “Itu bukan
apa-apa, sudah banyak petinggi maupun pimpinan sekolah lain yang ia kalahkan,
makanya meski SMA kita tidak banyak yang kuat di anak kelas dua, tapi
keberadaan Arainan sudah jadi alasan untuk jangan mengganggu SMA 4”. “Adri
bengong, ia tak mengira ada yang seperti itu di sekolahnya. “Ini keren”. “Jika
kau benar kalau ARG menantang Ryo, berarti era big ten akan berakhir. Mungkin kau juga akan menantang Arainan
suatu hari nanti untuk memulai era mu sendiri”.
***
Perasaan
Adri sangat bergejolak saat itu, ia amat tak sabar menanti era yang dimaksud
oleh Andra, era dia dan orang-orang yang satu generasi dengannya menikmati
dunia hitam kota. Adri tak sabar untuk melihat siapa saja orang-orang yang akan
menjadi rivalnya nanti. Perasaan yang kian menggelora itu membuatnya tak tidur
semalaman, dan hari sabtu itu Adri tak ke sekolah karena subuh baru ia
tertidur.
Bersambung
...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar