Sangeh; The Land of Monkeys
Destinasi
jelajah Bali yang selanjutnya penulis datangi adalah Obyek Wisata Sangeh,
sebuah kawasan hutan dengan pepohonan besar yang mendominasi dengan dihiasi
oleh beberapa bangunan pura. Sangeh tak
sekadar hutan saja, ia merupakan kawasan tempat tinggal kera, yang menjadi
hiburan tersendiri dari Obyek Wisata Sangeh.
Sambutan
awal akan Obyek Wisata Sangeh adalah keasrian serta kebersihan lokasinya.
Sejauh mata memandang, tak ada sampah yang terlihat, benar-benar terkelola
dengan amat baik. Seandainya setiap destinasi wisata di Indonesia terjaga dan
terawat seperti Sangeh, alangkah indahnya. Dari segi pelayanan pun, penulis
tidak merasakan ada kendala apapun, benar-benar nyaman untuk menikmati
pemandangan di sini.
Memasuki
Sangeh, artinya memasuki kawasan kediaman para kera, sudah barang tentu
sambutan hangat dari para penghuni akan terjadi.
Ini
yang saya maksud, sambutan hangat. Mereka terlalu akrab dengan para tamu,
seperti sudah lama kenal. Mereka aman selama tidak menggigitmu, atau selama
kamu tidak menggigitnya.
Perhatikanlah ekspresi kakak yang berada di sisi ujung sebelah kanan itu, dia tampak amat bahagia |
Kera-kera disini, menurut
bapak-bapak yang berprofesi sebagai tukang foto disini, tidak akan menggigit.
Hanya saja, dia boleh memegangmu, tapi kamu tidak boleh memegangnya, untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Ini tidak adil, si kera menang
banyak.
Tempat
ini tidak hanya kera, namun ada beberapa pura, seakan kerajaan kera berdiri di
tanah ini. Kamu bebas menikmati keindahan alam, menghirup udara segar,
mengamati turis-turis asing, kamu pun akan merasa asing di tanah ini
Patung
kera raksasa yang bertarung dengan kera-kera kecil ini menarik sekali. Jika penulis
tak salah, sosok kera besar tersebut adalah Hanuman, sang kera putih sakti
dalam cerita Ramayana, salah satu dewa dalam kepercayaan Hindu. Terlepas dugaan
penulis ini benar atau tidak, penulis lebih suka menafsirkannya sebagai “When the people have not respect to the
king”. Yaaah, apapun itu, setiap orang bebas menafsirkan.
Yang penulis amati adalah,
pengunjung Sangeh yang dominan adalah turis-turis asing. Kalaupun melihat
penduduk lokal, kebanyakan adalah pemandu atau tukang foto berbayar yang nyambi
jadi pemandu. Jaman canggih dengan berbagai teknologi yang menyediakan kamera
murah membuat profesi tukang foto di lokasi pariwisata perlahan kehilangan power. Hanya menunggu waktu sampai
profesi semacam ini menjadi punah.
Ini
tidak seperti yang anda bayangkan, penulis tidak sebahagia itu ketika diminta
untuk berfoto di pemandian kera ini. Ada jantung yang terus berdebar ketika
duduk disini, seakan-seakan para kera itu akan meloncat dan menerkam saya,
sungguh, senyum itu palsu!
Orang
sembahyang, adalah pemandangan yang tak asing lagi di seantero Bali ini.
Keragaman agama adalah salah satu kekayaan negeri ini, apalagi keberagaman
beragama tidak membuat negara ini pecah, suatu hal yang patut disyukuri dari
negeri ini bahwa perbedaan agama tidak akan memecah belah.
Obyek
Wisata Sangeh tidak hanya menghadirkan keindahan hutan, juga menunjukkan
bagaimana sebuah pariwisata dijaga dan dirawat dengan sebaik-baiknya. Udara
yang sejuk dan pemadangan yang menenangkan akan cocok sebagai tempat untuk
menenangkan pikiran, selama kamu tidak bertemu dengan kera yang menganggu.
Kera-kera tidaklah mengganggu, mereka hanya menyambut orang baru dengan
cara-nya.
Sangeh
indah karena penyelenggaraannya amat baik, hal yang tidak dimiliki oleh
kebanyakan obyek wisata lain di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar