Kamis, 24 November 2016

Aku Baik-baik Saja

Kali ini
Biarlah aku berbohong
Sampai nanti
Ia tak lagi menjadi kebohongan
Dan nanti
Engkau yang bagi ku adalah angan
Akan menjadi ke-biasa-an

Aku,
Pada akhirnya akan melupakan
Kamu,
Jangan ada penyesalan


Minggu, 13 November 2016

Batu Tagak


Lapeh nan dari kelok sikabu
Di lingkuang bukik jo gunuang singgalang
Balingka desaBatu Tagak

Lapeh nan dari kelok sikabu
Di lingkuang bukik jo gunuang singgalang
Balingka desanyo tigo
Batu tagak takana juo

Mande ba sabalah mandeh dahulu
Lai taragak denai nak pulang
Nak basuo ayah jo bundo
Tapi kini sadang sansaro

Takana maso denai ka pai
Bundo malapeh denai jo ibo hati
Basabalah mande mananti
Di Batu Tagak nantikan denai


ria dan ririn batu tagak

Selasa, 01 November 2016

4.7



Meet

Pagi itu hujan amat lebat. Suasana sekolah yang mestinya ramai, menjadi amat sepi dan hanya satu dua anak yang baru terlihat ketika jam telah menunjukkan pukul 07.30 WIB. Hujan telah mengguyur “kota ini” sejak subuh, sempat berhenti beberapa saat, namun kembali lebat dan terus seperti itu hingga saat ini. Adi yang rumahnya tidak terlalu jauh dari sekolah berhasil memanfaatkan momen jeda hujan untuk berangkat ke sekolah dengan sepeda barunya, sepeda pemberian ibunya. Hujan membuat sepeda baru Adi terlihat tak lagi baru.

Hujan lebat yang terus mengguyur membuat kegiatan belajar mengajar menjadi tidak seperti biasanya. Guru-guru pun belum banyak yang datang. Hujan yang lebat dan suasana yang lengang membuat Adi lebih memilih untuk berdiri diluar kelas. Ia menyandarkan punggungnya pada dinding kelas sambil memandangi hujan yang turun. Tatapannya memandang kosong ke depan, menghanyutkan perasaannya hingga jauh.

“Pagi Adi”

Lamunan Adi tiba-tiba saja dikejutkan oleh kehadiran seseorang, seorang anak perempuan manis dengan kaca mata yang membingkai matanya. Ia menyapa Adi, pandangan mata dan senyum yang dilihat Adi membuatnya terdiam. Perempuan itu tetap berjalan menuju kelasnya dengan senyum yang kian indah, dan Adi hanya melepasnya dengan tatapan. Sementara mata tak kunjung usai memandangi anak perempuan itu, dilain tempat, jantung Adi bergetar keras, seakan menggedor-gedor dinding kulitnya.

“Hei, liatin apa kau?”

Kali ini suara lain memecahkan tatapan terpana Adi yang belum lagi selesai, suara yang tidak asing baginya. Adi menoleh, dan nyatalah bahwa itu adalah Andra dan seorang perempuan disampingnya yang tak lain adalah Ery. Adi heran melihat Andra dan Ery berjalan bersama, yang membuatnya lebih heran adalah mereka sepayung berdua.

“Liatin apa kau Di? Hmmm, aku liat looo”

“Bukan apa-apa, kenapa kalian bisa satu payung berdua?”. “Ndra, itu payung Ery kan? Kau pasti memaksa Ery untuk nebeng, iya kan?

“Jangan mengalihkan fokus Di, siapa cewek tadi? Kelihatannya manis juga, ayo siapaaa?”

Ery hanya tertawa melihat Adi dan Andra saling mengejek.

“Itu payung Andra kok Di, aku yang nebeng, soalnya aku gak bawa payung”. 
Ery menjelaskan kebenarannya. Adi jadi terdiam, hanya “oh” yang terucap dari bibirnya.

“Menang banyak kau yaaa, Andra”.

“Hhahaha, kau belum jawab pertanyaanku Adi Satryo, siapa cewek tadi? Jangan nge-les mulu”.

“Bukan siapa-siapa, aku juga tidak tahu, tapi dia tadi masuk ke kelas X.4”. Adi menjawab sekenanya.
“Tapi dia tahu namaku”.

“Mungkin dia fans-mu Di”. 
 Kali ini Ery menimpali sambil tersenyum bersama Andra, senyum mengejek maksudnya. Ery dan Adri tertawa melihat ekspresi bodoh Adri karena ternyata mereka melihat semua peristiwa Adi disapa oleh anak perempuan siswa X.4 itu.

“Permisi nona manis, kau menghalangi jalan kakanda”

Tiba-tiba saja suara seorang laki-laki memecah cerita kami. Seorang laki-laki dengan rambut keriting yang elegan dan cocok dengan wajahnya. Dia memegang bunga ditangannya, dan sapaannya ternyata ditujukan kepada Ery yang berdiri tepat dijalan tempat laki-laki itu lewat. Senyum lebar terukir dari wajah cerianya.

“eeeeh, maaf maaf”. Ery segera menyingkir dari posisi ia berdiri, menepi ke dinding. 

“Santai saja nona, kakanda tak akan marah pada gadis cantik”.

Begitulah kata terakhir yang lontarkannya pada Ery sambil ia terus berjalan sembari mengangkat tangannya yang menggenggam bunga sebagai tanda salam perpisahan. Andra yang melihat pria dengan rambut kriting elegan tersebut cukup terkejut, karena ia tahu pasti siapa orang itu.

“Ngapain bengong Ndra liatin laki-laki tadi?”. “Kau nggak jatuh cinta sama dia kan?”

Kali ini Adi yang coba mengejek Andra. Dan Andra, dia justru menatap Adi, sambil menghirup napas dan menenangkan diri atas keterkejutannya akan sosok tadi, dia mengambil posisi jongkok sembari mengajak Adi dan Ery untuk juga duduk jongkok.

“Ngapain kalian berdiri terus, capek oi, mending duduk”. “Aku akan ksih tahu soal laki-laki tadi, jadi semuanya duduk ya”. Ujar Andra lagi. Aku dan Ery akhirnya ikut saja.

“Siapa orang tadi Ndra?”. Ery memulai pertanyaannya. 

Ery yang merasa paling ingin tahu dengan laki-laki tadi sebab selain masih terkejut, ia juga belum pernah dipuji oleh laki-laki asing meskipun hanya sekedar bercanda.

“Ry, Di, yang tadi itu senior kita, dia anak kelas dua IPS, namanya Adrian Arainan. Dia itu terkenal sebagai si mesum yang suka mengoleksi film-film dewasa. Suka mengejar-ngejar cewek, pacarnya banyak, disetiap sekolah ada minimal satu. Dia itu, laki-laki yang tidak boleh dicontoh! Karena dia bisa mendapatkan banyak cewek, sedangkan aku satupun tidak.” Andra menceritakan tentang Adrian dengan berapi-api dan rasa iri yang terlihat jelas.

“Kau iri ya Ndra?” celetuk Ery

Andra menoleh ke arah Ery, “tidak!” “Aku tidak suka dengan orang seperti itu”

“Jangan cari alasan, kau pasti iri padanya kan?” Adi menambahkan pernyataan Ery. Andra melenguh kesal.

“Terserahlah”

Kemudian Andra berdiri. Baru akan berdiri, Andra kembali duduk. Kali ini ia menundukkan wajahnya. Adi merasa heran dengan hal tersebut dan mecoba berdiri. Tampak olehnya seseorang baru saja datang, seseorang yang tak asing dengan jaket anti hujannya yakni Adri.

“Hei, Dri, datang juga kau ya”.

Adri membalas dengan menatap, lalu ia tersenyum seperti biasa.
“Tentu, hari ini sekolah kan?”

“Hehehe, kau ingin pindah tempat tidur ke sekolah lagi ya?”

Adri tidak menjawab, ia membuka jaket anti airnya dan melipatnya. Ery yang sedari tadi duduk, telah berdiri. Ia penasaran dengan Adri yang ia lihat sering tidur dibawah pohon didekat “surga kami”. Ery memandangi Adri, Adri yang asik melipat-lipat jaketnya kaget ketika tahu ia dipandangi Ery, ia palingkan wajahnya ketika itu juga. Tiba-tiba jantungnya berdebar, ini tak biasa buat Adri.

“Hei, kamu Adri kan? Aku Ery, temannya Adi dan Andra”. Ery memperkenalkan dirinya sambil mengulurkan tangannya kearah Adri. Adri yang masih terkejut dan dada yang berdebar, melihat kearah Ery dengan ragu-ragu. “Aku Adri”, sembari memandang Ery Adri menjawab pertanyaan dan dengan cepat ia berlalu menuju kelas tanpa membalas uluran tangan Ery. Ery merasa heran, tapi ia memastikan bahwa Adri sangat gugup saat itu, bukannya merasa kesal, Ery justru tertawa-tawa sendiri melihat ekspresi Adri tadi. Ya, Ery memperhatikan setiap detail ekpresi Adri ketika ia mulai menyapanya hingaa saat Adri berlalu. Ery tersenyum-senyum sendiri karenanya.

“Aku tidak menyangka ia akan segugup itu”. Kali ini Adi yang menambahkan.

“Hahaha, ia benar-benar gugup, bahkan lebih lucu daripada kamu ketika disapa oleh cewek X.4 tadi Di”. Balas Ery sambil tertawa-tawa. 

Adi hanya manyun ketika peristiwa itu dibahas kembali. Andra yang kembali berdiri hanya heran melihat Ery tertawa-tawa, sebab ia tak tahu akan peristiwa tadi.

“Di, aku akan bantu kamu untuk cari tahu siapa nama anak X.4 itu, pasti!”

Adi terkejut mendengar pernyataan Andra barusan. Meski begitu, ia tak peduli. Hujan ternyata telah reda, dan guru yang mengajar hari ini juga sudah terlihat oleh mata sedang menuju kekelas.

“Aku masuk dulu Ndra, Ry, bu Puji sudah datang”.

“Oke Ndra, kami juga akan masuk kelas”

Ery dan Andra berlalu menuju kelas masing-masing.



...

Negeri di Awan

Di bayang wajah mu Ku temukan kasih dan hidup Yang lama lelah aku cari Dimasa lalu Kau datang padaku Kau tawarkan Kasih hati yang tul...