Minggu, 18 Juni 2017

Mereka yang Bercinta Hanya dalam Hati




Aku melihat mereka nan mencinta dengan cara berbeda
Mencinta dalam dambaan tanpa sepatah kata untuk-nya
Mengirim pesan-pesan kebaikan pada langit
Mengabarkan kedukaan melalui hujan
Berbagi lewat do’a dan aksara
Atas nama dia, kasih (dalam hati) nya

Adalah kekuatan tak hingga
Ketika anugerah dalam genggaman tetap tertutup rapat
Meski sejatinya yang tercinta telah dapat dimaknai hatinya,
sikapnya.

Adalah keberanian
Ketika rasa yang begitu tinggi
Bisa-bisanya ia tenangkan, bahkan ketika Dia telah menjemput rasa itu

Adalah keteguhan
Ketika makna-makna yang tersabdakan terabaikan
Lalu dengan sendirinya tetap menyimpan perasaan itu
Tanpa dendam dan kebencian

Mereka, yang penuh ketulusan
Terlihat seperti orang-orang bodoh, mengorbankan diri
Mengurung pribadinya dalam ruang rindu penantian tanpa kepastian
Mengabaikan diri sendiri
Demi kebahagiaan dan demi-demi lain teruntuk-nya
Yang tercinta

Mereka, yang tetap dengan keyakinannya
Bersedia terluka dan kecewa
Merelakan airmata jatuh berkali-kali
Diabaikan, terabaikan
Pun demikian, tetap mengasihi
Seolah tak peduli bahwasanya hati mereka pun butuh akan dirawat
Butuh akan kebahagiaan

Sulit untuk bisa menerima
Kenyataan memang kadang mengharukan
Kediaman cinta, terunjuk dalam perbuatan-perbuatan
Dan balasannya, terkadang mewujud peng-abai-an
Hati itu tak pernah lelah
Entah apa yang mereka yakinkan pada diri sendiri

Mencintai dalam diam
Biarlah perbuatan yang menunjukkan
Betapa pun lisan tak pernah mengisahkan

Mereka yang kuat akan cinta yang demikian
Patut mendapat upah yang pantas
Namun hukum cinta tak lah demikian

Mereka tahu akan hal itu

Karenanya,
Mereka yang mencinta dengan cara demikian
Selalu mencintai dari kedalaman jiwa

Dengan ketulusan hati

cinta dalam diam

Minggu, 11 Juni 2017

4.10


The People

Hutan Kota, Minggu, Pukul 5.30 WIB

Pagi yang tidak terlalu gelap itu, Hutan Kota telah ramai oleh remaja-remaja tanggung yang hendak menyaksikan salah satu duel terbaik tahun ini. Duel besar beda generasi, namun akan sangat membara. Berduyun-duyun manusia datang satu per satu atau kelompok demi kelompok. Tidak hanya anak SMA, anak SMP pun turut meramaikan duel itu. Duel pergantian generasi ini juga dihadiri oleh orang-orang kuat baik yang akan habis masa atau yang akan segera mengambil alih kedudukan suatu era, sangat ramai hingga akan sangat mudah memicu tawuran antar geng. Namun demikian, pertarungan semacam ini tak pernah berakhir dengan tawuran, “Di Kota Ini” telah ada semacam perjanjian tak tertulis yang telah dipahami bersama bahwa setiap ada duel maka jangan sampai ada keributan karena sanksi yang menimpa adalah bagi kelompok yang menjadi pemicu akan dimusuhi oleh seluruh kota. Entahlah, namun yang demikian pernah terjadi sehingga tak ada yang berani melanggarnya.

“Aku tidak menyangka, di pagi yang indah untuk tidur ini kau memaksaku untuk keluar Ndra” gumam Adi yang tengah mengikuti langkah cepat Andra. Andra memaksa untuk menginap di rumah Adi kemarin. Andra ternyata penasaran dengan duel ARG dan Ryo Anggara, dan karena rumah Adi hanya berjarak setengah jam perjalanan dengan berjalan kaki dari Hutan Kota, maka jadilah rumah Adi tempat persinggahan Andra. Adi sendiri masih tak tahu kemana tujuan mereka, ia hanya terpaksa mengikuti Andra yang katanya ingin joging. Ketika akan sampai di Hutan Kota, Adi terhenti, dari kejauhan ia lihat ramai-ramai anak-anak SMA. “Kau lihat kan Di? Itu tujuan kita”. Seraya Andra menambah cepat langkahnya. “Oi pelan dikit napa!” seru Adi sambil berlari mengejar Andra.

Sesampainya di Hutan Kota mereka telah melihat puluhan remaja tanggung menatap ke satu tempat, tempat dimana ARG telah duduk menanti Ryo Anggara yang belum hadir saat itu. “Di, ayo kita cari tempat yang cukup tinggi biar bisa melihat semuanya dengan jelas”. “Tempat tinggi?” tanya Adi. “Iya di”. “Pohon yang tinggi”. Mendengar jawaban itu dengan mengerinyitkan dahi Andra menatap Adi “Hmmm ... Ide mu boleh juga”. Selang beberapa saat mereka telah asik menatap sekeliling dari sebuah pohon yang cukup tinggi. “Posisi yang bagus kan Di?”. “Lumayan, tapi ini ada apa?”. “Ada pertarungan besar Di”. Seru Andra bersemangat. “Kau lihat orang yang tengah berdiri ditengah-tengah itu?”. Adi menatap ke arah telunjuk Andra. “Dia itu Ari Rahman Gunaryo, calon ketua baru dari geng motor terbesar “Kota Ini” akan bertarung dengan Ryo Anggara, ketua-nya sendiri yang akan pensiun”. “Ryo Anggara?. “Iya, Ryo Anggara, kenapa, kau kenal?”. “Ah tidak Ndra”. “Ramai sekali ya, jadi ingat masa lalu” sahut Adi tanpa sadar. “Iya, eh kau ngomong apa barusan Di?”. “Enggak, nggak ada. Eh ada yang datang Ndra!”. “Ryo datang!”.

Ryo Anggara datang. Ia melangkah pasti menuju “panggung” tempat dia akan beraksi. Suasana hening, aura dan wibawa seorang ketua meliputi suasana sekitarnya. “Kau datang, ketua”. Sahut ARG. “Tidak usah basa basi Ri, kita langsung saja”. “Sebentar deh, kalian jangan terlalu bernafsu” seseorang muncul dari tengah kerumunan. “Sebuah duel harus ada wasitnya, dan wasit mesti dari pihak netral kan? Bagaimana menurut kalian semua penonton?” seru orang itu. Semua orang berteriak mengiyakan. “Boleh juga Ndan, bagaimana menurutmu Ri?. “Baiklah ketua, itu tidak masalah”. “Bagus kalau begitu, aku Hamdan Dullah akan memimpin duel ini”. Hamdan mencoba menjadi saksi dari era-nya yang akan berakhir. “Baiklah, siap, mulai!!!”. Batas telah dilepaskan, duel telah dimulaikan. “Jangan menahan diri ketua”. “Kau juga Ri”. Dan keduanya mulai saling serang satu sama lain. Pukulan demi pukulan telah beberapa kali dilayangkan, silih berganti menyentuh sasaran dan tak sedikit pula yang hanya menyentuh angin.

4


“Dari sekian banyak manusia di tempat ini, ternyata ada dua ekor monyet yang ikut nonton ya?” sebuah suara yang tak asing mengusik kesenangan Adi dan Andra. Dengan kesal Andra yang terbawa suasana panas menghardik suara itu “Bacot oi!”. Dan seketika itu juga Andra justru kaget bercampur takut ketika suara itu adalah suara Adri. “Eh, Adri, ha ha hai Dri”. Andra melunak. “Oi Dri, naik yok, ada tempat kosong nih”. Tanpa menunggu jawaban Adri telah naik dan ikut menikmati pertarungan dari ketinggian. Sebuah pukulan keras mendarat di wajah ARG, pukulan yang amat keras. ARG roboh, ia terlentang dengan nafas tersengal. Duel telah berjalan sekitar 10 menit, dan ARG akhirnya terkena pukulan keras. Penonton riuh dan suasana bertambah panas, ARG kembali berdiri, ia menyeka darah diwajahnya. Dan suara penonton bertambah riuh lagi, dan lagi.

“Hei Dri, mumpung kau disini, aku akan memberimu info soal orang-orang kuat yang akan memulai era baru, mereka semua berkumpul disini lo”. Seperti biasa, Andra muncul dengan informasi-informasi dunia hitamnya. “Heh, sepertinya menarik, tunjukkan Ndra”. Adi hanya geleng-geleng kepala, cuma ini yang membuat dia bersemangat ternyata gumam Adi. “Dengarkan dan ingat baik-baik Dri:

Saat itu hutan kota amat ramai, yang datang tak sekedar orang-orang biasa. Banyak anak-anak yang tergolong kuat di generasi mereka yang ikut menonton duel tersebut. Hampir semua sosok potensial dari “Kota Ini” hadir menyaksikan duel, hampir semua dari sudut kota mereka berdatangan. “Kota Ini” terdiri dari sembilan SMA Negeri, dua STM dan satu SMA Swasta, artinya ada 12 kekuatan dan kekuasaan di “Kota Ini”, itu belum termasuk dengan geng-geng yang dibentuk bukan karena latar belakang pendidikan seperti Sevenars, Black City, dan banyak lagi geng yang tidak diketahui. Kali ini, aku hanya akan menjelaskan orang-orang kuat yang aku kenal saja, susah untuk menunjukkan siapa mereka karena mereka tidak memakai seragam sekolah. Oke, kita mulai, pertama-tama dari Sevenars, ARG adalah ketua mereka setelah ini tidak peduli kalah atau menang dia dalam duel ini.”

Negeri di Awan

Di bayang wajah mu Ku temukan kasih dan hidup Yang lama lelah aku cari Dimasa lalu Kau datang padaku Kau tawarkan Kasih hati yang tul...