Jumat, 22 April 2016

The Last Report of Mentawai Island, Sipora Island

 Katiet dan Lances, Surga Peselancar



Aku berharap ini bukan tulisan terakhir ku mengenai Mentawai maupun Sipora sendiri. Masih banyak sisi-sisi dan keindahan Mentawai yang belum aku ketahui, karenanya, aku harap ini bukan tulisan terakhir tentang Mentawai.

Tidak ada yang namanya pertemuan terakhir jika bukan kematian yang men-jembataninya, selama masih hidup, harapan untuk kembali dan bertemu akan selalu ada”.

Uyeeeaah, quotes of the day men !... hehehe




Oke, the last trip on this season, sebut saja begitu, karena aku masih ingin lagi dan lagi ke Mentawai. Ini sepenggal kisah penutup dari Katiet dan Lances, dua spot Surfing keren di Pulau Sipora.



Perjalanan panjang dari Desa Sipora Jaya menuju Katiet, melalui jalur darat, ini tak pernah mudah, saran sih, lebih baik lewat jalur laut, tapi ya itu, mahal sekali, harus sewa kapal, memang lebih cepat dan tidak repot.
Perjalanan menuju Katiet dari Desa Sipora Jaya, adalah perjalanan panjang dan melelahkan, setidaknya dari sini lah kita bisa melihat salah satu bentuk tertinggalnya Kabupaten Mentawai dari banyak daerah lainnya. Baiklah, Watch the trip !!! 






Permulaan keberangkatan, Desa Sipora Jaya


Penampakan Jalan menuju Katiet, percayalah, jalan dengan kondisi seperti ini adalah jalan yang bagus, ini yang lumayan bagus jalannya
karena selebihnya, adalah jalan perjuangan yang akan dilalui

Penduduk lokal, mereka yang berada di sini telah mengenal pakaian. lihatlah senyum mereka, hangat dan bersahaja ...

Awal dari perjalanan panjang kami, ini mungkin lebih baik dari yang akan kami hadapi di depan sana. Perjuangan baru akan dimulai


Perlahan tapi pasti, perjalanan sulit akan segera kami hadapi, semangat semangat!!!



Dan inilah dia!!!

jalan-jalan perjuangan yang mesti dilalui. Ini tidak hanya satu atau dua, tapi hampir sepanjang perjalanan. Kami hampir menyerah waktu itu, tapi semangat dan kebersamaan perlahan mengantar kami satu persatu ketujuan.



Pemberhentian pertama, Desa Sioban, Desa tertua di pulau ini. Istirahat, makan, dan shalat, di sini lah tempat yang memiliki mesjid selain di Tua Peijat, Sido Makmur, Sipora Jaya, dan Bukit Pamewa.

And next,
Melanjutkan perjalanan, melanjutkan perjuangan



...


Melelahkan, berhenti untuk bersiap maju lagi, istirahat itu perlu

.
.
.

Pemberhentian Pertama:
Lance,s


Mungkin ini bonus dari perjalanan melelahkan kami, atau juga beruntung. Entahlah, yang pasti perjalanan panjang kami hingga larut malam membuat kami tersesat hingga tempat ini. Untungnya kami bertemu dengan sebuah gerai atau sebut saja begitu ditengah hutan dan diperbolehkan menumpang tidur. Malam itu terlalu melelahkan, hingga teras gerai itu menjadi sangat empuk, kami tidur ala sarden, tersusun rapi.

Pagi. Inilah pagi ditempat kami bermalam. Gerai yang kami tumpangi tersebut merupakan tempat pembuatan kerajinan khas Mentawai. Tak ada poto tersedia di sini, kami terlalu sibuk memikirkan perut. Dan, seperti gambar diataslah kami menghibur perut.


Ini adalah hasil tangan para pengrajin Mentawai ketika dipamerkan pada acara Padang Fair di Padang. Jika merasa mahal, itu sudah termasuk murah kok, tidak mudah membuatnya, jika ingin murah, cari saja di Mentawai atau ke gerai ini, tapi nikmati juga perjalanannya yaaaa ....

And this, Lance,s Beach
Kenapa saya menyebut Lances ini bonus? Ia seperti surga tersembunyi, air yang biru, ombak yang tinggi, Katiet punya saingan sejatinya, hanya Lances tidak se-ter-ekspos Katiet. Padahal tidak kalah dari Katiet, mungkin karena jauh dari pemukiman, tidak seperti Katiet.

.
.
.

Bonus lain Lances, setelah mendaki sedikit, nampaklah Lances dari atas, lalu putarlah badan, akan nampak Katiet dari kejauhan, sejatinya Lances dan Katiet itu saling membalakangi



...

AND, This is
KATIET

Kenapa? Tidak seindah yang kalian inginkan, percayalah, saya tidak mahir memotret, dan selain itu, kami sudah lelah hingga tempat ini, satu hal yang pasti, lelah itu terbayar ...


inilah wajah-wajah lelah itu ...


...

sok romantic
Katiet, jujur saja, tempat ini membuat kami lupa untuk berfoto-foto, mungkin itu juga yang sempat saya sesalkan.

Di Katiet, kami bermalam, awalnya sih ingin nge-camp, tapi karena pemilik penginapan yang merupakan orang asli Mentawai tersebut sangat baik, kami dipersilahkan untuk tidur di kamar kosong penginapan. Tuhan itu sangat baik kepada hambanya...

Berbincang bersama pemilik penginapan (baju kuning) dan seorang turis. Apapun itu, ilmu itu ada dimana saja, bahkan ditempat sejauh Katiet

Ini makan malam kami, bersama pemilik resort penginapan. Ikannya, oh teman saya yang suka memancing yang mendapatkannya, dari seorang nelayan yang baik hati, yang mungkin tidak tega melihat teman saya gagal memancing ketika itu. Hehhehe, ikannya enak, manis, gak perlu kecap.






Seperti apa Katiet?

Saya tidak bisa menjelaskannya, yang pasti, perjalanan melelahkan yang kami lalui terbayarkan dengan melihat dan menikmati keindahan tempat ini.

Hmmmm ... karena ini tempat surfing, maka ada banyak bule disini. Ada banyak resort juga, sepanjang pantai kalian bisa lihat resort yang sederhana namun berkelas, dan isinya bule, sepertinya resort-resort disana khusus untuk pada bule, kudengar sih begitu.



And that, bule ...
Teman satu penginapan, rata-rata benua Amerika, ada yang dari Uruguay, Brazil, dll

.
.
.

tahukah ini apa?

Itu namanya, hmmm toek kalau tidak salah, ulat sagu, makanan ala ala Mentawai, ini bonus pelajaran perjalanan kami. Rasanya? Saya tidak sempat nyobain. Mungkin lain kali

dan inilah proses menemukannya



Itu sedikit gambaran perjalanan menuju Katiet, dan bonusnya, Lances. Jauh berbeda dengan Bali atau pulau Bangka, jalannya sih, yaah, mungkin ini kekurangan Mentawai, infrastruktur yang masih sangat belum memadai, waktu akses antar daerah yang lama.

Menginginkan kemajuan Mentawai sebenarnya adalah dilema, Mentawai maju, maka perlahan-lahan kearifan lokal yang hanya ada di Mentawai lambat laun akan tergusur. Namun jika tidak, Mentawai tak akan pernah maju. Tapi masyarakat layak mendapat penghidupan yang pantas, dan pemerintah harus bisa memberi perhatian lebih kepada Mentawai, meski di timur Indonesia pun keadaannya tidak jauh berbeda. Daerah-daerah seperti ini sejatinya perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Setidaknya, pulau-pulau seperti Mentawai atau daerah lainnya jangan sampai menjadi lahan mencari keuntungan pihak asing karena kurangnya perhatian pemerintah kepada daerah-daerah tersebut.

Akhir perjalanan ini, bagi para traveler, nikmati keindahan dan jagalah agar tetap indah ...



Special thank,s to :
www.photovisi.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Negeri di Awan

Di bayang wajah mu Ku temukan kasih dan hidup Yang lama lelah aku cari Dimasa lalu Kau datang padaku Kau tawarkan Kasih hati yang tul...