Jumat, 30 Desember 2016

Ameh Loyang

Adiak ameh denai loyang
Dimalah mungkin basatu
Adiak nan di rumah gadang
Lah biaso sanang
Hiduik kayo rayo
Denai nan banasib malang
Usah rumah gadang
Pondok pun ndak punyo

Minyak bacampua jo aia
Jaleh garih pambatehnyo
Adiak nio kawin lari
Denai nan bapikia
Indak takao
Mangko denai nan basuruik
Hati denai takuik
Isuak kok sansaro

Ameh loyang jikok basatu
Loyang nan lain tantu cimburu
Lah ka nasib cinto ka putuih
Rang tuo adiak indak satuju

ameh loyang

Jumat, 16 Desember 2016

4.8

Step by step

Malam itu temaram, mendung lagi-lagi mengunjungi langit malam “Kota Ini” seakan ia enggan berpisah lama dengannya. Suasana sunyi ikut meramaikan pesta hening malam itu. Pada sebuah kamar dalam sebuah rumah, Adi tengah menatap lekat jauh dari kursi tempatnya terpaku. Ia menatap jauh melewati jendela kamarnya. Sebenarnya ia baru saja menyelesaikan PR, meja belajarnya yang diposisikan pas pada jendela kaca kamar membuatnya sesaat tertawan akan hitam pekat malam itu. Tiba-tiba rintik hujan mulai terjun satu persatu, perlahan menggores jendela kaca kamarnya. Alunan rintik perlahan memati-kan pesta sunyi malam dipikiran Adi. Adi menghela napas panjang, mula-mula ia mulai menikmati aroma hujan yang hanya sekejap telah bergemuruh dan lebat.

Menatap hujan yang kian mengguyur membuat Adi mengingat kembali peristiwa pagi tadi disekolah, ketika ia disapa oleh seorang gadis manis dengan kaca mata yang membingkai diwajahnya. Ia masih ingat akan senyum indah seindah bulan merekah keemasan dimalam hari, ia masih ingat akan gelap hitam bola mata dari sebalik optik yang memagarinya, seindah kilapan mutiara hitam. Ia masih mengingat jelas kilau hitam rambut gadis itu ketika ia memperhatikannya ketika perlahan menghilang dari tatapan. Wajah gadis itu, baginya amat lekat dalam lensa matanya, terekam jelas dalam benaknya, akan amat sulit bagi Adi melupakan wajah gadis itu, indah senyumnya, kilau dua bola matanya, amat susah untuk dilupakan. Sembari mengagumi keindahan, Adi pun diliputi keheranan akan siapa agaknya gadis itu. Seingatnya, tak pernah ia kenal dengan perempuan itu sebelumnya, pun demikian, perempuan itu tahu namanya. Semakin Adi mengingat, semakin ia tidak menemukan jawaban. Teman SD? Entahlah, rasanya bukan. Teman SMP? Ia ragu, ia tak banyak bergaul, jadi dia akan tahu siapa saja orang yang kenal dengannya. Ia masih bingung dan juga penasaran.
Hujan tetap keras, hingga larut. Pikiran-pikiran yang muncul dalam benak Adi akan anak gadis tadi pagi berakhir dengan rasa penasaran yang amat sangat.

...

Di lain tempat, ketika hujan masih begitu lebatnya tampaklah sebuah sepeda motor terparkir pada sebuah kedai kaki lima yang menjual gorengan di tepi jalan. Sepeda motor Ninja berbadan hitam yang tak lain adalah milik Adri semakin mengkilat akibat air hujan serta kerlap-kerlip lampu jalanan. Adri yang terlambat pulang ketika hujan terpaksa ‘berteduh’ di kedai gorengan. Meski terpaksa, gorengan-gorengan itu dapat juga menghangatkan ketika dingin mengaliri udara malam. Sehabis mengunjungi Red Stars di Rumah Sakit, Adri sibuk dengan berbagai urusannya sehingga pulang malam adalah kebiasaan baginya. Dan malam ini, hanyalah malam kesekian kalinya ia pulang malam.

...

Jarum jam menunjukkan tepat di angka 10:00 WIB. Erika telah terlelap dalam mimpinya. Setelah mengerjakan beberapa PR, lelah karena menghabiskan sore bersama Adi dan Andra di pantai membuatnya cepat melelapkan diri.


Jumat, 02 Desember 2016

Payakumbuh I

Lembah Harau

Payakumbuh, Sumatera Barat adalah salah satu dari sekian banyak penyedia keindahan alam Indonesia. Ada beraneka keindahan alam di tanah ini. Hamparan hijau perbukitan hingga deru air terjun merajai alam Payakumbuh. Kali ini kita akan membahas yang telah populer tentang Payakumbuh, yaitu Lembah Harau.

Lembah Harau adalah tempat wajib yang mesti dikunjungi jika berkunjung ke Payakumbuh. Ibarat kata “Nggak ke Payakumbuh kalau nggak ke Harau”. Akses menuju Lembah Harau tidaklah susah, gerbang masuk menuju Lembah Harau terlihat jelas dari tepi jalan lintas Payakumbuh-Riau tepat di sebelah kantor Bupati Kabupaten Lima Puluh Kota. Biaya masuk berkisar Rp. 5000-Rp. 10.000 atau jika pergi dengan banyak orang, pandai-pandai menawar saja. Itu belum ditambah biaya parkir kendaraan jika sudah didalam, yah begitulah kondisi saat ini.

Jika kamu belum familiar dengan Lembah Harau, maka sedikit gambaran, jika kamu pernah menonton film Me VS Mami, di mana setting lokasi syutingnya adalah Sumatera Barat, dan setting terakhirnya pas di Payakumbuh tepatnya di Harau. Setting lokasi dengan tebing dan air terjunnya yang bening itu, itulah Lembah Harau.

Next, Lembah Harau in Pict
Ini adalah suguhan-suguhan ketika kamu memasuki Harau




Ini seriusan, akan kamu temui ketika telah memasuki Harau. Jika ingin makan ditempat tentu sudah biasa, namun akan lebih menyenangkan jika beli bungkus dan makan bersama-sama disalah satu sudut Harau nan romantis. Tapi jangan lupa sampah dibuang pada tempatnya, menjaga alam berarti menjaga kehidupan untuk anak cucu.

Terus menelusuri Harau, kamu akan temui beberapa air terjun yang indah.

harau

Nanti kamu akan menemukan simpang tiga ketika telah di Harau. Jika kamu memilih ke kiri, maka Air terjun ini yang akan menantimu, dan kamu tidak di larang mandi kok.

Dan jika kamu teruskan perjalan, akan kamu saksikan kenampakan alam yang luar biasa ini.

Harau


Harau

               Namun, jika kamu memilih ke arah kanan ketika simpang tiga, maka inilah yang akan kamu temui.




Di sebelah kanan ini ada berbagai pedagang oleh-oleh dan souvenir. Ada beberapa air terjun juga di sini, maaf tapi pict tak tersedia. Hehe



               Tidak hanya sebagai tempat berwisata, Harau juga menyediakan fasilitas outbond. Pada hari-hari libur Harau selalu penuh. Di Harau juga terdapat fasilitas Homestay dengan harga yang terjangkau.


Sumber gambar : twitter @MNCP Movie
Yup, itu adalah penampakan salah satu penampakan Harau dari film Me VS Mami.


So, Lembah Harau is recomended ...

Note : dapatkan foto keren mu sendiri di Harau!
Next trip ...






Kamis, 24 November 2016

Aku Baik-baik Saja

Kali ini
Biarlah aku berbohong
Sampai nanti
Ia tak lagi menjadi kebohongan
Dan nanti
Engkau yang bagi ku adalah angan
Akan menjadi ke-biasa-an

Aku,
Pada akhirnya akan melupakan
Kamu,
Jangan ada penyesalan


Minggu, 13 November 2016

Batu Tagak


Lapeh nan dari kelok sikabu
Di lingkuang bukik jo gunuang singgalang
Balingka desaBatu Tagak

Lapeh nan dari kelok sikabu
Di lingkuang bukik jo gunuang singgalang
Balingka desanyo tigo
Batu tagak takana juo

Mande ba sabalah mandeh dahulu
Lai taragak denai nak pulang
Nak basuo ayah jo bundo
Tapi kini sadang sansaro

Takana maso denai ka pai
Bundo malapeh denai jo ibo hati
Basabalah mande mananti
Di Batu Tagak nantikan denai


ria dan ririn batu tagak

Selasa, 01 November 2016

4.7



Meet

Pagi itu hujan amat lebat. Suasana sekolah yang mestinya ramai, menjadi amat sepi dan hanya satu dua anak yang baru terlihat ketika jam telah menunjukkan pukul 07.30 WIB. Hujan telah mengguyur “kota ini” sejak subuh, sempat berhenti beberapa saat, namun kembali lebat dan terus seperti itu hingga saat ini. Adi yang rumahnya tidak terlalu jauh dari sekolah berhasil memanfaatkan momen jeda hujan untuk berangkat ke sekolah dengan sepeda barunya, sepeda pemberian ibunya. Hujan membuat sepeda baru Adi terlihat tak lagi baru.

Hujan lebat yang terus mengguyur membuat kegiatan belajar mengajar menjadi tidak seperti biasanya. Guru-guru pun belum banyak yang datang. Hujan yang lebat dan suasana yang lengang membuat Adi lebih memilih untuk berdiri diluar kelas. Ia menyandarkan punggungnya pada dinding kelas sambil memandangi hujan yang turun. Tatapannya memandang kosong ke depan, menghanyutkan perasaannya hingga jauh.

“Pagi Adi”

Lamunan Adi tiba-tiba saja dikejutkan oleh kehadiran seseorang, seorang anak perempuan manis dengan kaca mata yang membingkai matanya. Ia menyapa Adi, pandangan mata dan senyum yang dilihat Adi membuatnya terdiam. Perempuan itu tetap berjalan menuju kelasnya dengan senyum yang kian indah, dan Adi hanya melepasnya dengan tatapan. Sementara mata tak kunjung usai memandangi anak perempuan itu, dilain tempat, jantung Adi bergetar keras, seakan menggedor-gedor dinding kulitnya.

“Hei, liatin apa kau?”

Kali ini suara lain memecahkan tatapan terpana Adi yang belum lagi selesai, suara yang tidak asing baginya. Adi menoleh, dan nyatalah bahwa itu adalah Andra dan seorang perempuan disampingnya yang tak lain adalah Ery. Adi heran melihat Andra dan Ery berjalan bersama, yang membuatnya lebih heran adalah mereka sepayung berdua.

“Liatin apa kau Di? Hmmm, aku liat looo”

“Bukan apa-apa, kenapa kalian bisa satu payung berdua?”. “Ndra, itu payung Ery kan? Kau pasti memaksa Ery untuk nebeng, iya kan?

“Jangan mengalihkan fokus Di, siapa cewek tadi? Kelihatannya manis juga, ayo siapaaa?”

Ery hanya tertawa melihat Adi dan Andra saling mengejek.

“Itu payung Andra kok Di, aku yang nebeng, soalnya aku gak bawa payung”. 
Ery menjelaskan kebenarannya. Adi jadi terdiam, hanya “oh” yang terucap dari bibirnya.

“Menang banyak kau yaaa, Andra”.

“Hhahaha, kau belum jawab pertanyaanku Adi Satryo, siapa cewek tadi? Jangan nge-les mulu”.

“Bukan siapa-siapa, aku juga tidak tahu, tapi dia tadi masuk ke kelas X.4”. Adi menjawab sekenanya.
“Tapi dia tahu namaku”.

“Mungkin dia fans-mu Di”. 
 Kali ini Ery menimpali sambil tersenyum bersama Andra, senyum mengejek maksudnya. Ery dan Adri tertawa melihat ekspresi bodoh Adri karena ternyata mereka melihat semua peristiwa Adi disapa oleh anak perempuan siswa X.4 itu.

“Permisi nona manis, kau menghalangi jalan kakanda”

Tiba-tiba saja suara seorang laki-laki memecah cerita kami. Seorang laki-laki dengan rambut keriting yang elegan dan cocok dengan wajahnya. Dia memegang bunga ditangannya, dan sapaannya ternyata ditujukan kepada Ery yang berdiri tepat dijalan tempat laki-laki itu lewat. Senyum lebar terukir dari wajah cerianya.

“eeeeh, maaf maaf”. Ery segera menyingkir dari posisi ia berdiri, menepi ke dinding. 

“Santai saja nona, kakanda tak akan marah pada gadis cantik”.

Begitulah kata terakhir yang lontarkannya pada Ery sambil ia terus berjalan sembari mengangkat tangannya yang menggenggam bunga sebagai tanda salam perpisahan. Andra yang melihat pria dengan rambut kriting elegan tersebut cukup terkejut, karena ia tahu pasti siapa orang itu.

“Ngapain bengong Ndra liatin laki-laki tadi?”. “Kau nggak jatuh cinta sama dia kan?”

Kali ini Adi yang coba mengejek Andra. Dan Andra, dia justru menatap Adi, sambil menghirup napas dan menenangkan diri atas keterkejutannya akan sosok tadi, dia mengambil posisi jongkok sembari mengajak Adi dan Ery untuk juga duduk jongkok.

“Ngapain kalian berdiri terus, capek oi, mending duduk”. “Aku akan ksih tahu soal laki-laki tadi, jadi semuanya duduk ya”. Ujar Andra lagi. Aku dan Ery akhirnya ikut saja.

“Siapa orang tadi Ndra?”. Ery memulai pertanyaannya. 

Ery yang merasa paling ingin tahu dengan laki-laki tadi sebab selain masih terkejut, ia juga belum pernah dipuji oleh laki-laki asing meskipun hanya sekedar bercanda.

“Ry, Di, yang tadi itu senior kita, dia anak kelas dua IPS, namanya Adrian Arainan. Dia itu terkenal sebagai si mesum yang suka mengoleksi film-film dewasa. Suka mengejar-ngejar cewek, pacarnya banyak, disetiap sekolah ada minimal satu. Dia itu, laki-laki yang tidak boleh dicontoh! Karena dia bisa mendapatkan banyak cewek, sedangkan aku satupun tidak.” Andra menceritakan tentang Adrian dengan berapi-api dan rasa iri yang terlihat jelas.

“Kau iri ya Ndra?” celetuk Ery

Andra menoleh ke arah Ery, “tidak!” “Aku tidak suka dengan orang seperti itu”

“Jangan cari alasan, kau pasti iri padanya kan?” Adi menambahkan pernyataan Ery. Andra melenguh kesal.

“Terserahlah”

Kemudian Andra berdiri. Baru akan berdiri, Andra kembali duduk. Kali ini ia menundukkan wajahnya. Adi merasa heran dengan hal tersebut dan mecoba berdiri. Tampak olehnya seseorang baru saja datang, seseorang yang tak asing dengan jaket anti hujannya yakni Adri.

“Hei, Dri, datang juga kau ya”.

Adri membalas dengan menatap, lalu ia tersenyum seperti biasa.
“Tentu, hari ini sekolah kan?”

“Hehehe, kau ingin pindah tempat tidur ke sekolah lagi ya?”

Adri tidak menjawab, ia membuka jaket anti airnya dan melipatnya. Ery yang sedari tadi duduk, telah berdiri. Ia penasaran dengan Adri yang ia lihat sering tidur dibawah pohon didekat “surga kami”. Ery memandangi Adri, Adri yang asik melipat-lipat jaketnya kaget ketika tahu ia dipandangi Ery, ia palingkan wajahnya ketika itu juga. Tiba-tiba jantungnya berdebar, ini tak biasa buat Adri.

“Hei, kamu Adri kan? Aku Ery, temannya Adi dan Andra”. Ery memperkenalkan dirinya sambil mengulurkan tangannya kearah Adri. Adri yang masih terkejut dan dada yang berdebar, melihat kearah Ery dengan ragu-ragu. “Aku Adri”, sembari memandang Ery Adri menjawab pertanyaan dan dengan cepat ia berlalu menuju kelas tanpa membalas uluran tangan Ery. Ery merasa heran, tapi ia memastikan bahwa Adri sangat gugup saat itu, bukannya merasa kesal, Ery justru tertawa-tawa sendiri melihat ekspresi Adri tadi. Ya, Ery memperhatikan setiap detail ekpresi Adri ketika ia mulai menyapanya hingaa saat Adri berlalu. Ery tersenyum-senyum sendiri karenanya.

“Aku tidak menyangka ia akan segugup itu”. Kali ini Adi yang menambahkan.

“Hahaha, ia benar-benar gugup, bahkan lebih lucu daripada kamu ketika disapa oleh cewek X.4 tadi Di”. Balas Ery sambil tertawa-tawa. 

Adi hanya manyun ketika peristiwa itu dibahas kembali. Andra yang kembali berdiri hanya heran melihat Ery tertawa-tawa, sebab ia tak tahu akan peristiwa tadi.

“Di, aku akan bantu kamu untuk cari tahu siapa nama anak X.4 itu, pasti!”

Adi terkejut mendengar pernyataan Andra barusan. Meski begitu, ia tak peduli. Hujan ternyata telah reda, dan guru yang mengajar hari ini juga sudah terlihat oleh mata sedang menuju kekelas.

“Aku masuk dulu Ndra, Ry, bu Puji sudah datang”.

“Oke Ndra, kami juga akan masuk kelas”

Ery dan Andra berlalu menuju kelas masing-masing.



...

Negeri di Awan

Di bayang wajah mu Ku temukan kasih dan hidup Yang lama lelah aku cari Dimasa lalu Kau datang padaku Kau tawarkan Kasih hati yang tul...