Jumat, 19 Agustus 2016

Simbolis


Aku adalah lepas yang tak bebas
Di balik orasi hak asasi
Dan seruan-seruan lantang demokrasi
Yang menutupi yang hakiki

Semua berbicara merdeka
Tanpa sadar luka menjadi anarki
Memicu ladang-ladang demonstrasi
Meneriakkan keras,
“Mana Hak Kami!?”
Lalu demokrasi meregang nyawa
Di bawah raungan emosi
Bersama desau senjata api
Ada yang mati lagi pagi ini!

Kita suka egois
Tapi sering berjanji manis
Mulai dari kaya sampai pengemis
Yang berparfum jutaan sampai yang berbau amis
Ditipu habis

Nurani hanya simbolis

Lalu, para pemimpin
Kapan bercermin?
Jangan lupa

Kalian masih punya muka, iya kan?

Sabtu, 13 Agustus 2016

Pulau Telo



Di pulau telo
Antaro sanjo hari
Jo kapa tundo
Balabuah di tapian
Mancari pitih manjadi nelayan, sayang
Dek lanteh angan, paneh jo hujan
Anak barampek nan di agiah makan, sayang

Kok badai tibo
Ba do’a ka Tuhan
Salamaikkan kami
Di tangah lautan

Kok untuang mujua
Lauak banyak tabao
Kok nasib malang
Jo jari lauak di kiro

Anak di rumah
Lah mananti-nanti, sayang
Dek harok ayah pulang ba pitih
Janji jo anak mambali sarawa baru
Kironyo untuang alun ka mujua

Saba lah nak kanduang
Sabalah sayang


Create by ; Udin BRT


Rabu, 03 Agustus 2016

4.6




Process

“Kita putus!”
Kata putus keempat dalam kurun empat bulan yang dilayangkan Adri kepada empat wanita berbeda sejak memulai masa SMA-nya. Dan seperti biasa, kata putus yang terucap selalu diiringi dengan kepergian tanpa penjelasan terhadap yang ditinggalkan. Dan gadis manis asal SMA 09 itu hanya bisa shock seakan tak percaya dengan apa yang telah terjadi, ditambah dengan langkah kilat Adri, ia tak sedikitpun mendapatkan kata penjelas yang sekadar memuaskan hasrat penasarannya, sedikit pun tidak. Bagi Adri, cinta tak demikian pentingnya, amat mudah baginya untuk mendapatkan sekedar gadis cantik, iya, wajahnya mendukung untuk menjadi seorang pangeran gagah idaman wanita. Di tambah sikap cool dan misterius yang alami membuatnya secara spontan menarik perhatian wanita dengan cepat. Dia adalah incaran senior-senior perempuan yang suka darah muda, tapi Adri tak pernah menghiraukan, hanya yang tertentu yang akan ia jadikan pacar, dan akhirnya ditinggalkan.
            Adri memacu kuda besi miliknya dengan kencang menuju sebuah tempat, tempat duel dirinya dengan Red Stars, gedung tua bekas pabrik tahu. Sesampainya di lokasi, Adri memarkir motornya di tempat aman. Gedung bekas pabrik tahu merupakan bangunan lama yang telah ditinggalkan oleh pemiliknya akibat telah sukses di Provinsi lain. Pabrik dengan lahan yang cukup luas itu berada di lokasi yang cukup jauh dari pemukiman, di tambah dengan banyaknya semak yang cukup tinggi, ini jadi tempat yang cocok untuk berkelahi bagi anak-anak nakal. Adri menanti kedatangan Red Stars, dengan sangat yakin.
Tak lama kemudian, terdengar deru mesin motor mengarah ke tempat Adri berada. Red Stars telah datang dan full team, termasuk anggota baru yang sedang dalam masa orientasi. Red Stars dengan langkah gontai menuju ke dalam gedung
“Hei Baron, sebagai anggota baru, kau hanya boleh melihat saja, biar kau liat kami menyelesaikan ini” sahut Anwar Faisal kepada Baron, si anggota baru.
“Siap komandan!” jawaban Baron lantang berkumandang.
“Semangat sekali Ron” sahut Choki.
“Harus begitu, Chok, biar kita semakin kuat” respon anggota Red Stars lainnya. Sebuah tim yang kompak nampaknya.
Akhirnya kini Adri telah berhadap-hadapan dengan Red Stars. Adri menyambut para seniornya dengan senyum seringai yang menjadi khas-nya. Adri berjalan menuju Anwar dengan langkah pasti.
“Red Stars, hebat”. Adri bertepuk tangan.
“Aku tidak tahu kalian itu hebat atau polos, atau ... bodoh!” Dengan lantang sambil berucap demikian Adri tetap menatap tajam ke arah Anwar Faisal.
Anwar mengerinyitkan dahinya, Ia ingin marah, ingin sekali menyarangkan tinjunya ke wajah Adri, tapi ia merasa ada sesuatu yang ganjil.
“Jangan basa basi murid baru! Jika ingin duel ayo pilihlah siapa yang ingin kau lawan duluan atau kau ingin kami semua langsung maju, hah?” Hardik Joko.
“Hahaha, bukan aku yang akan jadi lawan kalian, tapi mereka”.
Perlahan-lahan orang-orang muncul dari berbagai penjuru ruangan gedung itu. Mereka muncul dan seakan membuat lingkaran kemudian mengelilingi Red Stars. Anwar terkejut, semua anggota Red Stars panik.
“Oi bocah, apa-apaan ini! Kau menjebak kami ya?” Hardik Joko kepada Adri.  Anwar Faisal masih tetap diam, tapi ekspresinya amat tenang, namun itu tidak bisa menutupi amarahnya. Ia menatap tajam Adri.
“Aku hanya mengantarkan kalian ke lawan kalian yang sebenarnya, itu semua anak-anak SMA 07 loh”.
“Terima kasih kawan lama, sudah mengantarkan tamu kami”. Seseorang muncul tiba-tiba dengan sebatang rokok ditangannya.
“Bukan apa-apa, aku hanya membayarkan hutang sekolah ku, dan setelah ini jangan mengganggu SMA 04 lagi, Hamdan!”
Orang yang muncul tersebut ialah Hamdan, Leader SMA 07. Kedatangannya diikuit oleh beberapa petinggi geng lain di SMA 07, salah satunya Yazid. Hanya saja Doni, korban pemukulan dan pemerasan masih belum bisa sekolah, hingga ia tidak datang untuk bertemu kembali dengan Red Star.
“Heh, kau masih saja seperti itu kawan lama”. “Tidak masalah, sekarang ini urusan kami”.
“Baiklah Ndan, aku cabut”. Adri pun berlalu.
“Tunggu bocah!”. Suara Anwar menggema berwibawa.
“Terima Kasih telah menyiapkan hidangan yang menyenangkan”. “Setelah selesai dari sini, kau lah hidangan utamanya”. Anwar dengan percaya diri melontarkan tantangan kepada Adri. Adri yang semula meremehkan Anwar mendadak berubah pikiran.
“Baiklah senior, aku menunggu mu kapan saja, hahahah”. Kemudian Adri berlalu meninggalkan kerumunan itu.

...
 
Sore itu Andra sibuk membereskan kamarnya yang telah lama tidak ia bersihkan. Ia membongkar setiap sisi kamarnya, memilah-milah barang-barang yang masih bisa ia pakai dan sisanya akan ia jual ke tukang loak. Ketika asyik memilah barang-barang, selembar kertas tiba-tiba terjatuh ke kaki Andra. Ia mengambil kertas yang ternyata adalah sebuah foto. Foto yang telah berdebu itu perlahan ia bersihkan dan tampaklah dua sosok manusia didalam foto tersebut. Melihat sosok tersebut, suasana hati Andra tiba-tiba berubah muram, matanya yang terbiasa ceria menjelma sayu, semangatnya yang membara sejak tadi perlahan meleleh. Ia terus mengamati sesosok wanita yang berdiri disampingnya di dalam foto tersebut. Andra akhirnya menyimpan foto tersebut didalam bukunya dan dengan semangat yang telah jauh berkurang Andra memaksa dirinya menyelesaikan ritual bersih kamarnya. Penemuan foto lama itu telah membuat suasana sore Andra gelap lebih awal.


4.6

...

Negeri di Awan

Di bayang wajah mu Ku temukan kasih dan hidup Yang lama lelah aku cari Dimasa lalu Kau datang padaku Kau tawarkan Kasih hati yang tul...