Rabu, 03 Agustus 2016

4.6




Process

“Kita putus!”
Kata putus keempat dalam kurun empat bulan yang dilayangkan Adri kepada empat wanita berbeda sejak memulai masa SMA-nya. Dan seperti biasa, kata putus yang terucap selalu diiringi dengan kepergian tanpa penjelasan terhadap yang ditinggalkan. Dan gadis manis asal SMA 09 itu hanya bisa shock seakan tak percaya dengan apa yang telah terjadi, ditambah dengan langkah kilat Adri, ia tak sedikitpun mendapatkan kata penjelas yang sekadar memuaskan hasrat penasarannya, sedikit pun tidak. Bagi Adri, cinta tak demikian pentingnya, amat mudah baginya untuk mendapatkan sekedar gadis cantik, iya, wajahnya mendukung untuk menjadi seorang pangeran gagah idaman wanita. Di tambah sikap cool dan misterius yang alami membuatnya secara spontan menarik perhatian wanita dengan cepat. Dia adalah incaran senior-senior perempuan yang suka darah muda, tapi Adri tak pernah menghiraukan, hanya yang tertentu yang akan ia jadikan pacar, dan akhirnya ditinggalkan.
            Adri memacu kuda besi miliknya dengan kencang menuju sebuah tempat, tempat duel dirinya dengan Red Stars, gedung tua bekas pabrik tahu. Sesampainya di lokasi, Adri memarkir motornya di tempat aman. Gedung bekas pabrik tahu merupakan bangunan lama yang telah ditinggalkan oleh pemiliknya akibat telah sukses di Provinsi lain. Pabrik dengan lahan yang cukup luas itu berada di lokasi yang cukup jauh dari pemukiman, di tambah dengan banyaknya semak yang cukup tinggi, ini jadi tempat yang cocok untuk berkelahi bagi anak-anak nakal. Adri menanti kedatangan Red Stars, dengan sangat yakin.
Tak lama kemudian, terdengar deru mesin motor mengarah ke tempat Adri berada. Red Stars telah datang dan full team, termasuk anggota baru yang sedang dalam masa orientasi. Red Stars dengan langkah gontai menuju ke dalam gedung
“Hei Baron, sebagai anggota baru, kau hanya boleh melihat saja, biar kau liat kami menyelesaikan ini” sahut Anwar Faisal kepada Baron, si anggota baru.
“Siap komandan!” jawaban Baron lantang berkumandang.
“Semangat sekali Ron” sahut Choki.
“Harus begitu, Chok, biar kita semakin kuat” respon anggota Red Stars lainnya. Sebuah tim yang kompak nampaknya.
Akhirnya kini Adri telah berhadap-hadapan dengan Red Stars. Adri menyambut para seniornya dengan senyum seringai yang menjadi khas-nya. Adri berjalan menuju Anwar dengan langkah pasti.
“Red Stars, hebat”. Adri bertepuk tangan.
“Aku tidak tahu kalian itu hebat atau polos, atau ... bodoh!” Dengan lantang sambil berucap demikian Adri tetap menatap tajam ke arah Anwar Faisal.
Anwar mengerinyitkan dahinya, Ia ingin marah, ingin sekali menyarangkan tinjunya ke wajah Adri, tapi ia merasa ada sesuatu yang ganjil.
“Jangan basa basi murid baru! Jika ingin duel ayo pilihlah siapa yang ingin kau lawan duluan atau kau ingin kami semua langsung maju, hah?” Hardik Joko.
“Hahaha, bukan aku yang akan jadi lawan kalian, tapi mereka”.
Perlahan-lahan orang-orang muncul dari berbagai penjuru ruangan gedung itu. Mereka muncul dan seakan membuat lingkaran kemudian mengelilingi Red Stars. Anwar terkejut, semua anggota Red Stars panik.
“Oi bocah, apa-apaan ini! Kau menjebak kami ya?” Hardik Joko kepada Adri.  Anwar Faisal masih tetap diam, tapi ekspresinya amat tenang, namun itu tidak bisa menutupi amarahnya. Ia menatap tajam Adri.
“Aku hanya mengantarkan kalian ke lawan kalian yang sebenarnya, itu semua anak-anak SMA 07 loh”.
“Terima kasih kawan lama, sudah mengantarkan tamu kami”. Seseorang muncul tiba-tiba dengan sebatang rokok ditangannya.
“Bukan apa-apa, aku hanya membayarkan hutang sekolah ku, dan setelah ini jangan mengganggu SMA 04 lagi, Hamdan!”
Orang yang muncul tersebut ialah Hamdan, Leader SMA 07. Kedatangannya diikuit oleh beberapa petinggi geng lain di SMA 07, salah satunya Yazid. Hanya saja Doni, korban pemukulan dan pemerasan masih belum bisa sekolah, hingga ia tidak datang untuk bertemu kembali dengan Red Star.
“Heh, kau masih saja seperti itu kawan lama”. “Tidak masalah, sekarang ini urusan kami”.
“Baiklah Ndan, aku cabut”. Adri pun berlalu.
“Tunggu bocah!”. Suara Anwar menggema berwibawa.
“Terima Kasih telah menyiapkan hidangan yang menyenangkan”. “Setelah selesai dari sini, kau lah hidangan utamanya”. Anwar dengan percaya diri melontarkan tantangan kepada Adri. Adri yang semula meremehkan Anwar mendadak berubah pikiran.
“Baiklah senior, aku menunggu mu kapan saja, hahahah”. Kemudian Adri berlalu meninggalkan kerumunan itu.

...
 
Sore itu Andra sibuk membereskan kamarnya yang telah lama tidak ia bersihkan. Ia membongkar setiap sisi kamarnya, memilah-milah barang-barang yang masih bisa ia pakai dan sisanya akan ia jual ke tukang loak. Ketika asyik memilah barang-barang, selembar kertas tiba-tiba terjatuh ke kaki Andra. Ia mengambil kertas yang ternyata adalah sebuah foto. Foto yang telah berdebu itu perlahan ia bersihkan dan tampaklah dua sosok manusia didalam foto tersebut. Melihat sosok tersebut, suasana hati Andra tiba-tiba berubah muram, matanya yang terbiasa ceria menjelma sayu, semangatnya yang membara sejak tadi perlahan meleleh. Ia terus mengamati sesosok wanita yang berdiri disampingnya di dalam foto tersebut. Andra akhirnya menyimpan foto tersebut didalam bukunya dan dengan semangat yang telah jauh berkurang Andra memaksa dirinya menyelesaikan ritual bersih kamarnya. Penemuan foto lama itu telah membuat suasana sore Andra gelap lebih awal.


4.6

...


“Aku masih memberi kesempatan kedua kepada kalian untuk meminta maaf kepada Doni”.
Suasana gedung bekas pabrik tahu mencekam. Red Star telah kepayahan, Hamdan masih berusaha meminta Red Star untuk menempuh jalan damai. Hamdan dan geng SMA 07 rata-rata adalah anak-anak yang tidak suka berkelahi, mereka lebih suka menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih lembut. Hanya reputasi buruk Red Star saja yang memaksa mereka menggunakan jalan kekerasan.
“Hehe, kalian dengar teman-teman, mereka masih meminta kita untuk meminta maaf setelah kita dipukuli???”. Jawaban Anwar adalah tantangan untuk anak-anak Red Stars yang lain.
“Yang benar saja, kami lebih suka berdarah-darah ketimbang meminta maaf”. Choki menimpali dan suasana Red Stars semakin panas. Mereka saling menyemangati diri.
“Yang benar saja, kami di sini sekitar 20-25 orang dan kalian masih ingin melanjutkan ini?”. Hamdan hanya bisa menggelengkan kepala melihat reaksi Red Stars.
“ Hei, yang anak baru, sebaiknya kau tidak ikut campur, kau juga tidak terlibat insiden penyerangan Doni kan, kau kami bebaskan”. Hamdan masih berbaik hati dan memang sejak awalk Adri telah menyampaikan itu semua.
“ Kau berhak memilih Baron, aku tidak akan menyalahkan apapun pilihanmu”. Anwar Faisal kali ini terlihat tidak memaksa untuk pilihan Baron.
“ Baron, kau memang tidak terlibat, jadi tidak masalah jika kau tidak ikut kali ini”. Kali ini Riko buka suara.
“ Tidak! Aku akan bergabung!” Baron balas menyahut dengan lantang.
“ Anggap saja saat ini Baron telah memulai aksi pertamanya di Red Star, aku akan memukul dan dipukul sebagai Red Stars mulai sekarang dan seterusnya!”.
“ Wooooooh!”. Jawaban Baron membakar semangat Red Stars dan itu artinya perkelahian tidak akan terhindarkan lagi.
Reaksi Red Stars menjadi aneh untuk Hamdan. Ia hanya kembali menggelengkan kepalanya melihat ‘solidaritas’ Red Stars.
“ Apa boleh buat, teman-teman, lakukan apa yang ingin kalian lakukan!”
Semua anak SMA 07 menyerang Red Stars sekali lagi, dan lawan pun menerjang balik. Suasana perkelahian di gedung itu semakin memanas. Kondisi enam melawan tiga puluhan membuat Red Starsnya sangat kepayahan, hanya semangat yang membuat mereka tetap tidak roboh. Pukulan demi pukulan silih berganti menyapa anggota tubuh mereka. Rasa sakit seakan semakin melecut setiap dari mereka untuk terus membalas dan membalas hingga titik kesadaran memudar dan badan tak lagi bisa berkompromi. Sementara perkelahian terus berlanjut, Hamdan dan Yazid memilih menonton dan memperhatikan.
Setengah jam berlalu, perkelahian telah berhenti. Hamdan dan Yazid yang sejak tadi menyaksikan jalannya perkelahian hanya berdecak kagum. Kekaguman mereka tak lain karena dari semua orang yang telah berkelahi, hanya Anwar yang masih berdiri. Anwar tidak jatuh, tapi kondisinya tidak baik-baik saja, penampilannya penuh akan bengkak dan memar serta baju yang robek di sana-sini. Anwar hanya menatap tajam ke arah Hamdan dan Yazid, ia tak mampu untuk berjalan lagi. Hamdan dan Yazid memeriksa kondisi teman-temannya, kebanyakan anak-anak SMA 07 tidak terluka parah karena jumlah yang banyak menguntungkan mereka. Sedangkan Red Stars, meski tak ada yang pingsan, tapi mereka belum sanggup untuk bergerak.
“Baiklah Anwar Faisal, dengan ini persoalan antara kita ku anggap selesai”. “ Jika kau ingin menuntut balas, aku siap menunggu mu kapan saja”.
Setelah itu Hamdan berlalu bersama teman-temannya meninggalkan gedung pabrik tahu tersebut bersama Red Stars yang masih terkapar.
“Si Anwar itu kuat, kan Ndan?”.
“Iya Zid, dia lumayan kuat, aku penasaran untuk melawannya suatu saat nanti”.
“Hehe, kau masih saja suka berkelahi jika melihat orang kuat”.
“Hahaha, susah mencari orang kuat macam itu, Zid”. “Si Adri terlalu beringas untuk dijadikan lawan”.
“Menurutmu Ndan, Si Anwar itu jika berkelahi satu lawan satu dengan Adri, siapa yang akan menang?”
“Hemmm, aku rasa jawabannya tak perlu kita perkirakan lagi kan?”
“Hahaha, kau benar”
Sore itu suasana mencekam pabrik tahu ternyata disambut oleh cerahnya langit senja. Dan berbondong-bondong anak-anak SMA 07 saling mempah menuju rumah masing-masing.
...

“Eh Di, tau gak kalau “si berandal” Adri baru jadian sama anak kelas dua loh”. Bisik Andra istirahat siang itu sambil melirik sana-sini memastikan siapa yang diceritakan tidak ada didekatnya.
“Hah??? Emang orang macam itu bisa pacaran?”. Adi kali ini terkejut mendengarnya. Baginya orang seperti Adri adalah tipe orang yang akan acuh soal yang satu ini. Penilaiannya soal Adri kali ini salah besar.
“Hmmm, kau kan tidak tahu siapa Adri itu”. “Selain berandal dia juga palyboy kelas atas kota ini”.
“Masa???”.
“Dibilangian tak percaya, ini pacarnya yang ke-lima selama SMA, belum termasuk sama yang di SMP dulu”.
“Ehhh, ceritain lah, penasaran???”
Dan jadilah sepanjang perjalanan menuju surga kami hingga pulang topik pembahasan adalah tentang Adri dan playboynya.
Adri Ramdhan ternyata selain jago berkelahi juga ternyata jago mendapatkan hati wanita, dan itu telah ia mulai sejak kelas 3 SMP, Andra menjelaskan bahwa mantan Adri selama SMP mencapai enam orang dan itu berasal dari sekolah yang berbeda-beda. Masalahnya adalah, dari mana seorang Andra mengetahui ini semua. Memang Andra adalah seorang yang memiliki banyak teman di berbagai sekolah di kota ini, tidak heran mengapa ia tahu banyak tentang dunia hitam kota, tapi terasa aneh jika dia juga tahu banyak tentang hal pribadi Adri, entahlah.

Bersambung ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Negeri di Awan

Di bayang wajah mu Ku temukan kasih dan hidup Yang lama lelah aku cari Dimasa lalu Kau datang padaku Kau tawarkan Kasih hati yang tul...