Kamis, 03 April 2014

Kami Hanya Awam

Wahai para pemimpin, yang duduk manis dalam kursi-kursi kekuasaan,bersandar mesra pada beton-beton kepentingan,
bersantai ria pada pondok-pondok media,
yang senantiasa memungut kehormatan dari harapan-harapan kami.


Dengarlah!

Dengarlah jeritan kami, rakyatmu!
Tempat kau memungut penghormatan, 
lahan yang kan kau panen pada pesta rakyat, 
ombak yang menghantarmu pada kursi-kursi emas kepentingan yang engkau hiasi dengan corak kekuasaan.

Kami hanya awam, yang tahunya hanya menitipkan harap pada mu.

Kami hanya awam, yang tahunya hanya kalianlah harapan kami.

Kata para jenius ilmu pengetahuan, 
kau adalah lilin yang akan menerangi ruang hati kami, 
mengisi setiap kosongnya dengan cahaya-cahaya penyejuk, 
mengusap setiap dinginnya dengan belaian kehangatan, 
memeluknya dengan setiap perhatian.

Kami hanya awam, itu yang kami percaya. 
Karenanya, jagalah kepercayaan kami dalam setiap ingatanmu, 
dalam setiap pertempuranmu pada pilihan-pilihan.

Wahai para wakil, yang melenggang dengan suara-suara kami, 
dengan senyum-senyummu bersanding dengan senyum-senyum kami. 
Yang melangkah dengan harapan-harapan kami, 
yang katanya engkaulah pak pos yang akan mengirimkan surat kami pada para pemimpin.

Tolong! 
Sampaikanlah harapan kami, seperti engkau menyampaikan harapanmu pada kami tempo hari. 
Jangan tukar surat kami dengan surat-suratmu! 
Jangan pula engkau campakkan.

Para penyampai pesan, 
para penyambung lidah, 
sambunglah lidah kami pada para pemimpin sebagaimana kami menyambungkanmu dengan mereka dulu.

Titipan kami itu tidak banyak, tidak juga akan merepotkan, 
ah, kenapa pula harus merepotkan, bukankah itu harusnya kewajibanmu, 
menyampaikan titipan kami pada tujuannya? 
Ah, apa aku salah? 
Jika aku salah, tolong ingatkan aku, 
aku hanya awam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Negeri di Awan

Di bayang wajah mu Ku temukan kasih dan hidup Yang lama lelah aku cari Dimasa lalu Kau datang padaku Kau tawarkan Kasih hati yang tul...