Rabu, 14 September 2016

Bali III


Sangeh; The Land of Monkeys



          Destinasi jelajah Bali yang selanjutnya penulis datangi adalah Obyek Wisata Sangeh, sebuah kawasan hutan dengan pepohonan besar yang mendominasi dengan dihiasi oleh beberapa bangunan pura.  Sangeh tak sekadar hutan saja, ia merupakan kawasan tempat tinggal kera, yang menjadi hiburan tersendiri dari Obyek Wisata Sangeh.


                Sambutan awal akan Obyek Wisata Sangeh adalah keasrian serta kebersihan lokasinya. Sejauh mata memandang, tak ada sampah yang terlihat, benar-benar terkelola dengan amat baik. Seandainya setiap destinasi wisata di Indonesia terjaga dan terawat seperti Sangeh, alangkah indahnya. Dari segi pelayanan pun, penulis tidak merasakan ada kendala apapun, benar-benar nyaman untuk menikmati pemandangan di sini.

           Memasuki Sangeh, artinya memasuki kawasan kediaman para kera, sudah barang tentu sambutan hangat dari para penghuni akan terjadi.


               Ini yang saya maksud, sambutan hangat. Mereka terlalu akrab dengan para tamu, seperti sudah lama kenal. Mereka aman selama tidak menggigitmu, atau selama kamu tidak menggigitnya.

Perhatikanlah ekspresi kakak yang berada di sisi ujung sebelah kanan itu, dia tampak amat bahagia

         Kera-kera disini, menurut bapak-bapak yang berprofesi sebagai tukang foto disini, tidak akan menggigit. Hanya saja, dia boleh memegangmu, tapi kamu tidak boleh memegangnya, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Ini tidak adil, si kera menang banyak.




                Tempat ini tidak hanya kera, namun ada beberapa pura, seakan kerajaan kera berdiri di tanah ini. Kamu bebas menikmati keindahan alam, menghirup udara segar, mengamati turis-turis asing, kamu pun akan merasa asing di tanah ini


Patung kera raksasa yang bertarung dengan kera-kera kecil ini menarik sekali. Jika penulis tak salah, sosok kera besar tersebut adalah Hanuman, sang kera putih sakti dalam cerita Ramayana, salah satu dewa dalam kepercayaan Hindu. Terlepas dugaan penulis ini benar atau tidak, penulis lebih suka menafsirkannya sebagai “When the people have not respect to the king”. Yaaah, apapun itu, setiap orang bebas menafsirkan.

       Yang penulis amati adalah, pengunjung Sangeh yang dominan adalah turis-turis asing. Kalaupun melihat penduduk lokal, kebanyakan adalah pemandu atau tukang foto berbayar yang nyambi jadi pemandu. Jaman canggih dengan berbagai teknologi yang menyediakan kamera murah membuat profesi tukang foto di lokasi pariwisata perlahan kehilangan power. Hanya menunggu waktu sampai profesi semacam ini menjadi punah.


Ini tidak seperti yang anda bayangkan, penulis tidak sebahagia itu ketika diminta untuk berfoto di pemandian kera ini. Ada jantung yang terus berdebar ketika duduk disini, seakan-seakan para kera itu akan meloncat dan menerkam saya, sungguh, senyum itu palsu!


           Orang sembahyang, adalah pemandangan yang tak asing lagi di seantero Bali ini. Keragaman agama adalah salah satu kekayaan negeri ini, apalagi keberagaman beragama tidak membuat negara ini pecah, suatu hal yang patut disyukuri dari negeri ini bahwa perbedaan agama tidak akan memecah belah.




Obyek Wisata Sangeh tidak hanya menghadirkan keindahan hutan, juga menunjukkan bagaimana sebuah pariwisata dijaga dan dirawat dengan sebaik-baiknya. Udara yang sejuk dan pemadangan yang menenangkan akan cocok sebagai tempat untuk menenangkan pikiran, selama kamu tidak bertemu dengan kera yang menganggu. Kera-kera tidaklah mengganggu, mereka hanya menyambut orang baru dengan cara-nya.

Sangeh indah karena penyelenggaraannya amat baik, hal yang tidak dimiliki oleh kebanyakan obyek wisata lain di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Negeri di Awan

Di bayang wajah mu Ku temukan kasih dan hidup Yang lama lelah aku cari Dimasa lalu Kau datang padaku Kau tawarkan Kasih hati yang tul...